Keluarga korban berharap Tim Basarnas mengangkat kapal kayu KM Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba, Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara.
Mereka berharap agar penumpang yang tenggelam dan masih berada di dasar danau tersebut segera diangkat agar jenazahnya bisa dibawa pulang ke rumah.
Saat ini, sebagian keluarga korban terus mendatangi posko utama yang berada di Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun untuk melihat perkembangan upaya evakuasi dan pengangkatan bangkai kapal maupun penumpang yang telah ditemukan di dasar Danau Toba.
Tim Basarnas menemukan para korban dan beberapa sepeda motor milik penumpang kapal KM Sinar Bangun.
Dalam video dan foto yang dirilis Basarnas, terlihat jasad korban ditemukan di kedalaman sekitar 450 meter ke arah 4,3 kilometer barat daya Pelabuhan Tigaras. Dalam visual dari peralatan ROV tersebut, terlihat juga bagian dari kapal seperti kursi dan tali.
Salah seorang keluarga korban, Luhut Sitinjak (48) di Pelabuhan Tiga Ras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun mengatakan tidak ada yang ditemukan korban selamat, dan tidak punya harapan lagi.
"Saya berharap tim pencari melakukan upaya maksimal untuk segera menemukan jenazah keluarga yang hilang," ujarnya, dilansir Antara.
Luhut menjelaskan Heri Nainggolan (23), yang merupakan iparnya, selamat dari kecelakaan dengan melompat dari kapal dan ditolong KMP Sumut yang melintas, sedangkan Roi Spenser Sirait (24) belum ditemukan.
Keluarga korban masih memadati area Pelabuhan Tiga Ras, terutama di pinggiran dermaga, memandang ke Danau Toba untuk melihat tim gabungan berputar-putar di perairan mencari korban.
Trauma penumpang
Penumpang yang selamat pada peristiwa tenggelamnya kapal penumpang kayu KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Sumatra Utara masih mengalami trauma.
Ditemui di sela-sela perawatan di Simalungun, Jamuda (17), warga Nagori Desa Sibunga-bunga, Kecamatan Jorlang Hataran, dan Heri Nainggolan (23), warga Panei Tonga, Kecamatan Pane, di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara terlihat tegang. Saat diminta menceritakan situasi kejadian, Jamuda spontan menggeleng-gelengkan kepala dengan mimik ketakutan dan memeluk kerabatnya sehingga mendapat tepukan serta elusan di punggung. Hal ini membuatnya tenang kembali.
"Kami berenam pergi berlibur ke Samosir, dan saya sendiri yang selamat," katanya.
Jamuda dan lima rekannya berada di posisi teratas kapal yang terdiri dari tiga tingkat, beserta ratusan penumpang lainnya mengarungi perairan Danau Toba dari Pelabuhan Simanindo, Kabupaten Samosir, menuju Pelabuhan Tiga Ras, Kabupaten Simalungun, dengan kondisi cuaca hujan dan angin kencang.
Sewaktu kapal mulai oleng dan sebelum terbalik, Jamuda melompat dari kapal dan berenang menjauhi titik tenggelamnya kapal tersebut.
"Kira-kira 10 menit, saya lihat kapal feri lalu berenang mengejar dan ditolong naik," katanya.
Heri Nainggolan (23) yang mengalami luka dan sempat dirawat di Puskesmas Sipintu Angin berjarak kira-kira lima kilometer dari posko utama tim Gabungan SAR di Pelabuhan Tiga Ras juga melakukan upaya serupa dengan Jamuda.
Dia meyakini keselamatan dirinya atas kuasa Tuhan, namun iparnya Roi Spenser Sirait belum ditemukan.
Dia menyampaikan kekesalan kepada kru kapal yang tidak membatasi jumlah penumpang yang hendak menyeberang dari Pelabuhan Simanindo ke Tiga Ras.
Ditaksir penumpang kapal mencapai 200-an orang dan sepeda motor milik para penumpang kira-kira 70-an unit.
Kapal juga tidak memiliki jaket pelampung yang memadai, juga tidak dibagikan kepada penumpang meski diketahui cuaca tidak bersahabat.
Para penumpang selamat berharap ke depan menjadi perhatian pemerintah, operator dan pemilik kapal serta pengelola pelabuhan supaya musibah tidak terulang.
Kapal kayu KM Sinar Bangun mengangkut ratusan penumpang, diperkirakan tenggelam sekitar satu mil dari dermaga Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun itu.
Kapal tersebut mengalami musibah akibat pengaruh cuaca buruk, berupa angin kencang dan ombak cukup besar.
Hingga kini, tercatat 19 orang penumpang KM Sinar Bangun ditemukan selamat dan tiga orang meninggal dunia, yakni Tri Suci Wulandari, warga Aceh Tamiang; Fahrianti (47), warga Jalan Bendahara Kelurahan Pujidadi, Kecamatan Binjai Selatan, Kota Binjai; dan Indah Yunita Saragih (22), warga Pulau Sidamanik.