close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan. / Pixabay
icon caption
Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan. / Pixabay
Nasional
Rabu, 26 Juni 2019 11:18

Pengakuan korban kawin kontrak, diberi mahar Rp20 juta

Selama tujuh bulan menikah, korban dianiaya oleh keluarga suami.
swipe

Seorang warga Singkawang berinisial IN menceritakan pengalamannya ketika memutuskan untuk kawin kontrak dengan warga Tiongkok. Diboyong ke Negeri Tirai Bambu, IN yang menikah baru tujuh bulan kerap menerima pil pahit. Ia dianiaya oleh keluarga suaminya.

“Kehidupan saya di sana (Tiongkok) tidak sesuai dengan harapan,” kata IN membuka kisahnya pada Rabu (26/6).

Selama berada di Tiongkok, dirinya selalu dipaksa suaminya untuk bekerja. Parahnya, tak jarang ia mendapat perlakuan kekerasan dari pihak keluarga sang suami. “Saya ditendang, dicekik, dan dipukul,” ujarnya.

IN mengatakan, keinginannya untuk kawin kontrak dengan orang Tiongkok semata-mata bertujuan untuk mengubah hidupnya agar lebih baik. Semua itu berawal dari iming-iming seorang agen yang menjanjikan bisa mengubah hidupnya.

Agen yang dikenalnya itu menjanjikan, IN akan diperbolehkan pulang ke Singkawang setelah berada di Tiongkok selama dua bulan. Namun, IN mendapati kenyataan yang berbeda. Ia tidak diperbolehkan pulang lantaran dipaksa untuk bekerja.

IN mengungkapkan, sebelum berangkat ke Tiongkok, agen yang dikenalnya memberikan uang Rp20 juta. Uang sebesar itu disebut-sebut sebagai mahar pernikahan. Adapun pernikahan dilakukan di Singkawang yang prosesnya justru biasa-biasa saja.

Setelah menikah, tak lama kemudian IN langsung diboyong ke Tiongkok. Di sana, IN disuruh bekerja menjahit baju dan sarung tangan. Tak jarang IN kerap membangkang soal pekerjaan ini. Ia berpegang pada perjanjian sebelum berangkat ke Tiongkok jika dirinya tidak akan bekerja.

Karena menolak, IN kerap dianiaya. Ia pun terpikir untuk melarikan diri karena tidak tahan diperlakukan semena-mena oleh keluarga suaminya. Namun, niat itu berkali-kali pula gagal dilakukan karena terus diancam oleh pihak keluarga suaminya.

Sampai suatu ketika IN dibantu oleh Ivan, Humas Polres Singkawang dan salah satu warga Singkawang bernama Silvia. Berkat bantuan kedua orang tersebut, dirinya bisa kabur dari rumah suaminya dan tiba di Singkawang pada Senin (24/6).

“Mungkin jika tidak ada mereka, saya tidak bisa pulang dan disiksa terus,” ucapnya.

IN lebih lanjut mengimbau kepada masyarakat Singkawang untuk tidak mudah percaya dengan bujuk rayu atau iming-iming dari agen yang menjanjikan kehidupan lebih baik untuk diboyong ke Tiongkok. 

Terkait persoalan ini, Ibu kandung IN berinisial AM mengaku menyesal telah memberikan izin kepada IN untuk kawin kontrak dengan warga Tiongkok. Namun, sebelum mengambil keputusan, dirinya sudah memberikan kesempatan kepada anaknya untuk berpikir panjang. 

“Tapi karena anaknya yang masih ngotot, kami tidak bisa apa-apa. Sebagai orang tua hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anaknya,” ujar AM.

AM mengatakan, selama di Tiongkok dirinya tetap melakukan komunikasi dengan anaknya lewat telepon seluler. "Kita hanya bisa mendengar lewat telpon kalau dia sedang meringis, menangis, dan lainnya," ujar AM.

Selaku orang tua, AM hanya bisa menenangkan IN untuk bersabar menghadapi kehidupan yang dialami. Kejadian ini akan menjadi pelajaran bagi dirinya untuk lebih berhati-hati dalam memutuskan suatu masalah.

Kepada orang tua yang lain, AM mengimbau untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Lebih baik cari jodoh di Indonesia saja, meski hidup sederhana. "Asalkan kita bisa kumpul dan berkomunikasi," kata AM. (Ant)

img
Tito Dirhantoro
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan