close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi vaksin/Alinea.id/Oky Diaz.
icon caption
Ilustrasi vaksin/Alinea.id/Oky Diaz.
Nasional
Jumat, 22 Januari 2021 14:23

Pengembangan vaksin Covid-19 Merah Putih terhambat

Tim Pengembang Vaksin Merah Putih Universitas Indonesia merekomendasikan untuk melibatkan industri farmasi yang berminat berinvestasi.
swipe

Minimnya ketersediaan peralatan produksi, menyebabkan progres pengembangan vaksin Covid-19 Merah Putih yang dikembangkan Universitas Indonesia (UI) terhambat. Pasalnya, dari keempat jenis platform vaksin yang dibuat dan dikembangkan Universitas Indonesia, baru jenis vaksin DNA saja yang sudah mengalami perkembangan signifikan.

Ketua Tim Pengembang Vaksin Merah Putih Universitas Indonesia Budiman Bela mengatakan, meski reaktivitas serum vaksin DNA Merah Putih menunjukkan hasil yang cukup baik dan nilai yang cukup tinggi, tetapi dalam praktiknya, hilirisasi industri farmasi Indonesia belum cukup berpengalaman dalam memproduksi vaksin DNA dan RNA.

“Selain itu, pengetahuan serta cara produksi vaksin pada sel mamalia (Sel CHO) di Indonesia, hanya dimiliki dua industri vaksin saja, yaitu PT Bio Farma dan PT Ethana. Sementara peralatan produksi vaksin belum sepenuhnya tersedia di Tanah Air,” paparnya dalam video conference, Jum’at (22/1).

Guna memitigasi persoalan tersebut, Budiman merekomendasikan untuk melibatkan industri farmasi yang berminat berinvestasi. Sehingga mitigasi risiko keterlambatan hambatan produksi dan pengembangan vaksin bisa diatasi sedini mungkin.

Kemudian terkait pengadaan peralatan, pengoptimalisasian sistem tata kelola, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM), sangat memerlukan dukungan penuh dari pemerintah, investor swasta, maupun filantrofis.

“Kita juga perlu segera memulai kolaborasi antara tim peneliti dan tim industri farmasi untuk pengembangan sel mamalia (Sel CHO) yang akan digunakan dalam pengembangan Master Cell Bank. Sampai kemudian mulai melakukan diskusi-diskusi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) agar vaksin yang dikembangkan cepat memenuhi persyaratan, dan nantinya bisa dievaluasi oleh Badan POM,” imbuh dia.

Sembari menunggu ketersediaan peralatan produksi, ia juga telah melakukan upaya kolaborasi dengan industri farmasi yang memang memiliki peralatan dan bahan yang mumpuni dalam proses produksi-pengembangan vaksin (DNA, RNA, Protein subunit recombinant, dan VLP).

“Kami sementara ini melakukan kolaborasi dengan tiga perusaan, antara lain Merck, Qiagen, dan Cytiva,” ungkapnya. 

Sebelumnya, melalui Surat Keputusan (SK) dari Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) pada Desember 2020, Universitas Indonesia diberi mandat untuk memproduksi-mengembangkan vaksin Covid-19 Merah Putih.

Saat ini vaksin jenis DNA sudah mulai memasuki tahapan stabilitas dan efisiensi produk. Dan sambil berjalan, tim pengembang vaksin Covid-19 Merah Putih Universitas Indonesia akan mempersiapkan preparasi yang baik untuk nantinya memasuki tahapan uji preklinik dan uji klinik.

“Sementara untuk vaksin RNA, Protein subunit recombinant, dan Virus-Like Particles (VLP) yang kami kembangkan, masih pada tahapan konstruksi DNA recombinant. Untuk vaksin RNA sebentar lagi mungkin selesai, tetapi untuk subunit recombinant dan VLP masih butuh waktu,” kata Budiman.

img
Andi Adam Faturahman
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan