Kepala Staf Komando Daerah Militer (Kodam) V Brawijaya, Brigjen TNI Bambang Ismawan, mengatakan pihaknya menduga ada indikasi keterlibatan personel TNI dari jajarannya dalam insiden penghinaan ras terhadap mahasiswa Papua di Surabaya yang terjadi pada Jumat, 16 Agustus 2019.
Bambang menjelaskan, saat ini pihaknya tengah menyelidiki dugaan itu dengan memeriksa sebuah video yang beredar di media sosial. Selain itu, juga mendengarkan keterangan dari sejumlah saksi warga sekitar yang saat kejadian tidak jauh dari lokasi. Bambang enggan menyebut jumlah saksi yang diperiksa.
“Ada indikasi keterlibatan personel dalam kejadian di AMP (Asrama Mahasiswa Papua). Saat ini masih proses pemeriksaan penyelidikan,” kata Bambang usai melakukan pertemuan dengan wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon dan anggota DPR RI dapil Papua, serta Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Surabaya, Rabu (21/8).
Bambang mengatakan, akan bersikap terbuka dalam melakukan penyelidikan terhadap insiden di Jalan Kalasan Surabaya tersebut. Selanjutnya, Kodam akan menyampaikan hasil pemeriksaan setelah menemukan titik terang.
Menurutnya, penyelidikan terhadap kasus ini membutuhkan waktu lama karena berkaitan data elektronik. Ia meastikan, personel Kodam Brawijaya yang terlibat akan diberikan hukuman sesuai tingkat kesalahannya.
“Kapolda (Irjen Polisi Luki Hermawan) tadi menyampaikan bahwa pemeriksaan elektronik itu tidak bisa cepat. Kami minta bersabar dulu, nanti kami beri tahu kalau sudah selesai,” ucap Bambang.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah mahasiswa asal Papua di Surabaya dan Malang, Jawa Timur serta Semarang Jawa Tengah mendapat intimidasi berupa penghinaan dari masyarakat dan ormas. Di Surabaya, ratusan warga dari sejumlah ormas menggeruduk asrama mahasiswa Papua.
Alasannya, massa geram karena para mahasiswa asal Papua tersebut menolak memasang bendera Merah Putih untuk memperingati HUT RI pada 17 Agustus. Ketika digeruduk massa, pihak Muspika sempat memasang bendera Merah Putih kembali.
Namun, entah siapa yang melakukan, bendera Merah Putih tersebut dibuang. Massa terpancing dan emosi atas tindakan tersebut hingga muncul ucapan rasial. Kejadian ini berbuntut panjang: memunculkan solidaritas di Papua dan Papua Barat dengan turun jalan. Bahkan, melakukan perusakan fasilitas umum dan publik.