Badan Geologi melalui Badan Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan mengungkapkan, sesuai kondisi klimatologis yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi banjir rob di Pantai Utara, Jawa Tengah, masih terjadi hingga Juni 2022.
“Kalau kita lihat kondisi klimatologi sebagaimana yang disampaikan oleh BMKG, sepertinya kondisi ini berlangsung hingga Juni,” ujar Sekretaris Badan Geologi yang juga Kepala Badan Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan Ediar Usman, saat Konferensi Pers Badan Geologi: Bencana Banjir Rob di Pantai Utara Jawa Tengah, Selasa (31/5).
Ediar lantas menjelaskan penyebab kondisi tanah yang mengalami penurunan di Pantai Utara Jawa Tengah. Selain karena faktor alamiah material yang mengalami pemadatan, juga terdapat beban besar di atas tanah. Ia menyebut di kawasan tertentu di Pantura Jawa Tengah, penurunan tanah terjadi lebih cepat. Hal ini karena adanya pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sedimen yang belum terkonsolidasi.
Oleh karena itu, Ediar meminta masyarakat khususnya yang tinggal di wilayah bibir pantai untuk berhati-hati terhadap potensi gelombang laut yang bisa terjadi secara tiba-tiba.
“Karena di bibir pantai dapat terjadi kenaikan muka laut secara tiba-tiba dan itu tentu saja akan membahayakan kita semua,” tegas Ediar.
Lebih lanjut ia berpesan agar pembangunan kota yang berada di kawasan pesisir harus dilakukan dengan sistem rekayasa atau desain pembangunan yang lebih teliti, lantaran tanah yang belum terkonsolidasi, terutama endapan aluvium, rawa, danau dan lain sebagainya.
Tidak lupa penataan lingkungan kembali khususnya drainase agar bisa mengimbangi potensi jika terjadi pasang air laut. Kemudian juga untuk penataan lingkungan, kemudian misalnya drainase untuk bisa mengimbangi potensi pasang.