Banjir bandang di Kota Batu, Jawa Timur, menyentak banyak orang. Banyak yang heran bagaimana wilayah yang berada di ketinggian 862 meter di atas permukaan air laut itu dilanda banjir bandang.
Namun, kejadian itu tidak mengherankan bagi M. Rokhis Khomarudin. Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh. Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa itu menjelaskan, dari data-data yang dia kantongi banjir bandang mudah dijelaskan.
Rokhis menuturkan, hasil analisis berupa informasi pemetaan dari satelit menunjukkan adanya penurunan luasan hutan dari tahun 1995 hingga 2021. Data-data itu ia sampaikan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), institusi yang menangani bencana.
"Terjadi penurunan hutan seluas 2085 hektare, penurunan sawah seluas 2295 hektare, peningkatan kawasan pemukiman 420 hektare, dan peningkatan luas perkebunan sebesar 3939 hektare," kata Rokhis, dilansir dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional, Selasa (9/11).
Banjir bandang di Kota Batu, Kamis (4/11) lalu, menelan tujuh korban meninggal. Dampak kerugian sementara hingga saat ini ialah 89 kepala keluarga, 35 rumah rusak, 33 rumah terendam lumpur, 7 unit mobil, 73 unit sepeda motor, 107 ekor hewan ternak dan 10 kandang rusak.
Pengalihan fungsi lahan yang terjadi, kata Rokhis, membuat daya dukung lingkungan di wilayah hulu kian rendah. Ini menyebabkan limpasan air hujan yang tinggi tidak dapat diserap ke dalam tanah.
Agar kejadian serupa terulang, kata dia, maka perlu adanya pemantauan perubahan fungsi lahan yang dilakukan terus-menerus sehingga dapat tangani lebih cepat. Dengan fasilitas yang dimiliki, pihaknya secara rutin mengirimkan informasi berupa citra satelit kepada BNPB sebagai bahan masukan dalam penanggulangan bencana.
Rokhis menjelaskan, berdasarkan data tersebut, BNPB dapat merencanakan tindakan antisipasi penanggulangan bencana sejak dini. Saat ini sistem yang dimiliki BRIN telah terintegrasi dengan beberapa sistem di BNPB. Di antaranya pemantauan kebakaran lahan dan pemantauan potensi banjir.
Integrasi sistem ini diharapkan perencanaan penanganan bencana dapat lebih baik. Rokhis berharap informasi yang disampaikan institusinya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan menjadi bagian untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kedaruratan.
"Informasi citra satelit dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya terkait pencegahan bencana di masa mendatang," pinta dia.
Rencana Pemkot Batu
Pemerintah Kota Batu telah merencanakan susur sungai sebagai rencana jangka pendek dalam upaya mitigasi. Tujuan susur sungai untuk melihat beberapa titik lokasi yang berpotensi menjadi sumbatan aliran air oleh berbagai hal, seperti puing sampah maupun potongan kayu.
"Dalam waktu dekat yang harus kita lakukan adalah susur sungai. Untuk membersihkan material yang ada di situ, agar ketika turun hujan tidak terjadi hambatan air untuk mengalir," jelas Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko.
Pemerintah Kota Batu, sebagaimana rekomendasi BNPB, akan mengevakuasi warga yang tinggal di kawasan rawan bencana banjir bandang ketika terjadi hujan deras dalam waktu yang lama.
"Kami juga akan melindungi masyarakat dari banjir bandang ini dengan cepat mengevakuasi warga ketika ada hujan deras dalam waktu dan intensitas skala yang lama," terang Dewanti.
Dewanti mengaku akan menitipkan bibit vetiver kepada TNI dan Polri serta instansi terkait agar ditanam di lokasi tebing, lembah maupun bantaran sungai sebagai fondasi alami. Dia berharap hal itu dapat dilakukan sekaligus saat kegiatan susur sungai.
Pemerintah Kota Batu bekerja sama dengan dunia usaha untuk menyediakan bibit pohon tahunan yang bernilai ekonomis. Dewanti meminta warga Kota Batu, yang ingin menanam pohon tersebut, menghubungi Pemkot Batu agar mendapatkan bibitnya secara gratis.
Dewanti sangat berharap warga tidak lagi menanami lembah maupun bantaran sungai dengan jenis tanaman semusim. "Kita fasilitasi. Monggo kalau ada petani yang mau menanam pohon buah kami akan menyediakan bibit. Kami mohon tanaman semusim tidak ditanam lagi," pinta dia.