close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Polisi melakukan olah TKP penyerangan gereja di Sleman/AntaraFoto.
icon caption
Polisi melakukan olah TKP penyerangan gereja di Sleman/AntaraFoto.
Nasional
Senin, 12 Februari 2018 10:13

Penyerangan gereja diduga untuk destabilisasi Pilkada 2018

Belajar dari pengalaman sejarah, Ketua Umum PPP Romahurmuzy menyebut penyerangan gereja di Yogyakarta untuk menciptakan suasana kacau.
swipe

Penyerangan gereja di Sleman Yogyakarta diduga dilakukan secara sistematis. Bahkan, peristiwa tersebut dianggap sebagai prakondisi atau cipta kondisi untuk mendestabilisasi atau upaya membuat situasi kacau jelang Pilkada 2018 maupun Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.

"Saya menduga ini bukan kebetulan, ini adalah serangkaian kegiatan sistematis yang ditujukan untuk mendestabilisasi situasi dan kondisi," kata Ketua Umum PPP M Romahurmuziy, Senin (12/2).

Dikutip dari Antara, sosok yang akrab disapa Romy itu pun meminta seluruh aparat keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), khususnya Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk bisa melakukan pengawasan melekat kepada seluruh komponen komponen.

Berdasarkan pengalaman sejarah, Romy mengungkapkan, jelang Presiden Soeharto jatuh pada tahun 1998, cipta kondisi beraneka rupa. Kala itu, muncul operasi hitam yang menyasar ulama demi mempertahankan rezim. Alhasil, muncul kesan kebutuhan pada seorang pemimpin yang memiliki latar belakang kuat seperti Soeharto.

Menurut dia, PPP akan membentuk tim investigasi mengenai asal-muasal kejadian itu, sekaligus menelusuri apakah ini memang murni alamiah kejadian atau kejadian non alamiah yang dialamiahkan.

Sementara Ketua DPR RI Bambang Soesatyo meyakini masyarakat Indonesia sudah cerdas dalam menilai situasi sehingga tidak akan mudah diadu domba. Meski demikian, ia mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap upaya provokasi antar umat beragama.

"Saya harap masyarakat tidak terprovokasi, apalagi mengaitkan ini dengan kondisi sosial politik maupun keagamaan," terang Bambang.

Politikus Partai Golkar itu menilai, masyarakat Indonesia terkenal dengan budaya rukun dan guyub. Alhasil, tidak ada dasar agama maupun budaya yang mendidik untuk melakukan tindakan kekerasan.

Ia pun sempat mengunjungi langsung tempat kejadian perkara (TKP) bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala BNN Komjen Budi Waseso, dan Kabareskrim Komjen Ari Dono pada Minggu kemarin.

Bambang bersama para pejabat pertahanan dan keamanan itu langsung masuk ke dalam gereja untuk melaksanakan pengecekan langsung dan mereka juga sudah bertemu dengan pengurus gereja maupun aparat keamanan setempat.

img
Syamsul Anwar Kh
Reporter
img
Syamsul Anwar Kh
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan