Direktorat Polisi Air (Ditpolair) Polri tidak menampik kemungkinan, buaya yang panjangnya sekitar 2,5 meter itu akan sampai ke Pantai Ancol. Sementara patroli yang dilakukan sampai hari ini, belum menunjukan adanya tanda-tanda kemunculan buaya.
Kendati begitu, penyisiran di sepanjang Teluk Jakarta yang belakangan viral melalui video di media sosial, tetap dilakukan. Kepala Seksi Penanganan dan Penyelamatan Kompol Faried, mengaku memang belum laporan resmi warga mengenai kemunculan buaya tersebut. Namun pengamanan tetap dilakukan, agar menghindari keresahan publik.
“Ya intinya agar masyarakat tidak resah dengan kemunculan buaya tersebut, dan kami tetap melakukan penyisiran dan pengamanan,” kata Faried di Markas Ditpolair Polri, Minggu (17/6).
Dalam sehari, patroli dilakukan dua sampai tiga kali di tempat yang ramai seperti Pantai Ancol. Waktu patroli biasanya saat sore menjelang malam hari, dan siang hari di mana biasanya buaya muncul ke permukaan untuk berjemur. Ditpolair juga akan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak seperti TNI AL, Basarnas, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), dan juga lifeguard Ancol.
“Kita saat ini baru akan berkoordinasi dengan KLH penangkapannya sendiri, termasuk juga dengan Angkatan Laut dan Basarnas,” ujarnya.
Terkait teknis penangkapan buaya, Faried menyatakan opsi pertama adalah menangkapnya secara hidup-hidup. Oleh sebab itu pihak ditpolair akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan ahli.
Kemunculan buaya di wilayah Pondok Dayung Jumat lalu (15/5), menurut Faried adalah kali pertama. Oleh karenanya, ditpolair belum bisa memastikan alasan kemunculan buaya ini. Ia hanya bisa menduga, buaya itu tergolong jenis buaya muara, karena dalam video yang beredar, ia dapat berenang di air laut.
Bantuan masyarakat pun dibutuhkan dalam hal ini, imbuhnya, karena kondisi perairan sekitar Teluk Jakarta belum bisa dinyatakan aman. Masyarakat diminta untuk tetap waspada dan diharapkan dapat berkoordinasi dengan pihak yang berwenang jika melihat kemunculan buaya.