Dokter spesialis kulit dan kelamin, Prasetyadi Mawardi, menyatakan, cacar monyet (monkeypox/Mpox) berbeda dengan cacar air. Bahkan, penularannya lebih sulit lantaranya berkaitan erat dengan perilaku sehingga berisiko pada komunitas tertentu.
"Mpox ini meskipun disebut penyakit menular, tapi risiko penularannya tidak mudah. Berbeda dengan cacar air yang penularannya sangat cepat, Mpox ini relatif lambat. Ini juga tergantung dari daya tahan tubuh setiap orang," tutur anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) itu.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maxi Rein Rondonuwu, menambahkan, orang yang terinfeksi Mpox umumnya bergejala lesi pada kulit, seperti ruam merah, rusta, dan bernanah, disertai demam atau ada pembengkakan kelenjar, terutama di bagian paha. Kemudian, sakit saat menelan, nyeri tenggorokan, sakit otot, menggigil, badan sakit, kelelahan, mual, bahkan ada yang sampai diare.
"Ini gejala-gejala yang umumnya ada pada penderita Mpox," ucapnya. "Yang spesifik untuk membedakan Mpox dengan cacar air adalah adanya limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening."
Hingga Kamis (26/10), Kemenkes melaporkan 14 kasus terkonfirmasi Mpox, 2 kasus probable atau memiliki gejala dan kontak dengan orang positif Mpox, dan 9 kasus suspek atau memiliki gejala dan telah diambil sampel tinggal menunggu hasil.
"Setiap hari rata-rata nambah 2-3 kasus. Di Indonesia melaporkan kasus Mpox pertama kali pada 20 Agustus 2022 sebanyak 1 kasus. Kemudian, pada 13 Oktober 2023, Indonesia kembali melaporkan kasus Mpox," ungkapnya, mengutip laman Kemenkes.
Sebanyak 12 dari total 14 kasus terkonfirmasi dilaporkan di DKI Jakarta, sedangkan 2 lainnya dari Tangerang, Banten. Semuanya laki-laki dan tertular melalui perilaku seks berisiko.
Dua belas kasus diketahui merupakan laki-laki seks dengan sejenis, 1 biseksual, dan 1 heteroseksual. Sebanyak 12 dari total 14 pasien memiliki penyakit penyerta ODHIV dan ada 5 pasien dengan sifilis. Mayoritas pasien bergejala, hanya 1 asimptomatis.
Kemenkes, terang Maxi, telah meminta pasien melakukan isolasi dan memberikan terapi. Rerata pasien diisolasi di rumah sakit dan pengobatannya lebih banyak ke suportif. Pasien akan diberi obat antivirus dan antibiotik jika gejalanya parah.
"Semua pasien saat ini dalam kondisi stabil. Jadi, dalam kurun waktu 1 sampai 2 minggu, lesi pada kulitnya mulai hilang. Dan kalau kondisinya bagus, pasien bisa dipulangkan," ucapnya.
Kemenkes telah menyiapkan vaksin Mpox untuk pencegahan. Hingga kini, baru tersedia 1.000 dosis untuk menyasar 477 orang dengan pemberian 2 dosis dalam rentang 4 pekan.