Pengamat terorisme, Harits Abu Ulya, meyakini sosok perempuan yang menodongkan pistol ke Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) di depan kompleks Istana Negara merupakan "mainan" kelompok tertentu. Peristiwa yang sempat menggegerkan dunia maya itu terjadi pada Selasa (25/10) kemarin.
"Dari gesture-nya, itu sosok pribadi yang punya problem kejiwaan. Perlu pemeriksaan psikologisnya. Bisa saja dia 'mainan' atau seperti dijadikan 'alat simulasi' oleh pihak tertentu terkait isu keamanan," kata Harits dalam keterangan resmi, Rabu (26/10).
Dia menjelaskan, dugaan keterlibatan perempuan itu dengan jaringan terorisme ISIS sendiri sangat berlebihan. Bahkan, dia menduga perbuatan perempuan itu juga bukan terkait ancaman terorisme jelang G20.
"Lucu, momentumnya bertepatan usai Kepala Staf Presiden Moeldoko bicara soal ancaman radikalisme dan di Pulau Bali jelang agenda G-20," tuturnya.
Lebih lanjut Harits menuturkan, ancaman perempuan itu dengan menggunakan pistol bukan sebuah perbuatan teror serius. Pasalnya, amunisi dalam pistol itu sendiri diduga tidak dapat ditembakkan.
"Tindakan yang dilakukan bukanlah ancaman serius. Dengan pistol rakitan, yang entah amunisinya itu bisa ditembakkan atau tidak," ucapnya.
Seperti diberitakan, perempuan itu bernama Siti Elina (24), warga Kampung Mangga, Koja, Jakarta Utara. Dia merupakan ibu dari dua orang anak.
Berdasarkan keterangan Ketua RT setempat, Elina keluar rumah sejak 01.00 WIB dini hari sebelum kejadian. Namun, dia tidak berpamitan kepada pihak keluarga kemana pergi.