Upaya pengendalian penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) melalui vaksinasi hewan ternak rentan terus dilakukan. Sejak digelar pertama kali di Sidoarjo, Jawa Timur, pada 13 Juni 2022, vaksinasi terus digenjot. Per 26 Agustus 2022 pukul 06.05 WIB, vaksinasi sudah mencapai 1,791 juta hewan ternak di berbagai daerah.
Kendati demikian, proses penanganan PMK dan vaksinasi tidak lepas dari sejumlah kendala yang mengiringinya. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro.
"Vaksinasi ini, kita agak prihatin dengan lambatnya proses vaksinasi. Karena setelah stamping out tidak bisa kita lakukan, pengendalian lalu lintas ternak juga sulit dilaksanakan, harapan terakhir adalah divaksinasi. Karena kita seperti kejar-kejaran dengan virus," kata Nanang dalam diskusi Alinea Forum bertajuk "Menggenjot Vaksinasi PMK" yang digelar secara daring, Jumat (26/8).
Nanang mengatakan, salah satu kendala dalam proses vaksinasi terkait dengan jumlah populasi ternak sapi dan kepemilikannya. Ia menjelaskan, 62% sapi di Indonesia dimiliki peternak rakyat dengan kepemilikan 2-3 ekor per pemilik.
Menurut Nanang, proses vaksinasi akan memerlukan usaha lebih. Sebab, akan ada sekitar 3 juta titik kandang ternak yang perlu disambangi petugas untuk dilakukan vaksinasi.
"Bisa dibayangkan sulitnya, kandanganya kecil-kecil, tempatnya misah-misah, ini butuh ekstra effort," ujarnya.
Nanang turut menyoroti prioritas vaksinasi PMK. Dikatakannya, kelompok peternak dengan kepemilikan menengah dan besar masih terbilang jauh dari prioritas.
Nanang mengatakan, vaksinasi PMK utamanya adalah sapi-sapi pembibitan, kemudian sapi perah, lalu sapi potong. Adapun sapi potong juga diprioritaskan untuk yang dimiliki oleh peternak rakyat terlebih dulu.
"Sehingga sapi para anggota kami yang notabene jumlahnya lebih besar dan sapinya berkelompok (belum divaksin). Dan kita tahu sifat virus ini, begitu satu ekor sapi dalam satu kandang kena, bisa dipastikan sapi lain dalam kandang yang sama terpapar dengan tingkat berbeda-beda," jelas Nanang.
Oleh sebab itu, kata Nanang, pihaknya tengah mengupayakan vaksinasi ternak melalui jalur paralel. Artinya, mereka menunggu vaksinasi dari program pemerintah, maupun mengupayakan untuk vaksinasi jalur mandiri.
Terkait vaksinasi jalur mandiri, Nanang menambahkan, saat ini pihaknya menunggu kedatangan impor vaksin PMK.
"Kita ikhlas asal vaksin segera datang, sehingga bisa diaplikasikan kepada sapi yang kita miliki. Sudah (approve), sudah ada lima importir yang diizinkan untuk mengimpor vaksin dan vaksin sudah tersedia. Insya Allah minggu depan sudah datang, kami sangat menunggu," pungkasnya.