Konten agama yang tidak sehat atau merugikan berbagai pihak, banyak tersebar di era digital ini. Oleh karena itu, penting bagi umat untuk memperkuat dakwah yang damai serta membuat ruang internet menjadi sehat dan positif. Hal itu disampaikan oleh Akademisi UIN Alauddin Makassar Alim Syariati, dalam Workshop Literasi Digital, dikutip Sabtu (6/5).
Menurut Alim, kondisi tersebut menunjukkan dunia kini dilanda firehouse of falsehood atau semburan dusta. Oleh karena itu, perlu campur tangan ahli agama untuk menjelaskan kepada umat tentang mana yang dusta dan mana yang berupa fakta. Menurut dia, ahli agama sekarang ini pun dituntut agar cakap digital.
"Ahli agama di era sekarang ini harus paham dasar-dasar digital, memahami bagaimana mencari dan memilah informasi di ruang digital, serta memahami penggunaan aplikasi percakapan maupun media sosial," katanya.
Alim menambahkan, peran penyuluh agama adalah memberi keyakinan bagi umat bahwa ilmu agama itu ilmu yang mahal dan mulia. Oleh karena itu, ahli agama harus percaya diri dan senantiasa menginformasikan kebenaran kepada seluruh umat. Ruang digital bisa menjadi medium untuk menyampaikan informasi tersebut.
Sekretaris Yayasan Pendidikan Cendekia Utama Meithiana Indrasari mengatakan, dakwah damai bisa dibuat dengan menyebarkan pesan-pesan toleransi serta mempromosikan nilai-nilai agama yang baik dan inspiratif. Terlebih, saat ini banyak terdapat aplikasi atau platform belajar kitab suci, baik Al-Qur'an maupun kitab lainnya.
"Di samping itu, saat ini banyak ahli agama, ulama, ustaz, atau kyai yang menggunakan media sosial dalam berdakwah dan mengajar ilmu agama. Namun, umat harus selektif memilih informasi terkait hal tersebut," katanya dalam kesempatan serupa.
Ia menyebut, di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, hal ini kian memudahkan umat beragama untuk belajar tanpa harus hadir secara fisik layaknya di dalam kelas. Kendati demikian, belajar langsung kepada ulama atau ahli agama tetap dirasa penting guna memverifikasi langsung mengenai banyak persoalan dalam agama.
Sementara itu, Koordinator Nasional AIS Nusantara Anifatul Jannah mengatakan, tantangan kehidupan beragama di era pesatnya teknologi dan informasi sekarang ini adalah adanya kesenjangan digital, informasi yang tak akurat atau kabar bohong (hoaks), pengabaian nilai-nilai agama, fanatisme, post truth, serta dakwah yang ramah.
Hal yang bisa dilakukan, lanjut Anifatul, adalah dengan bertindak jujur memberikan informasi yang benar, menjaga nilai-nilai agama, menghindari segala hal yang mengarah pada radikalisme dan intoleransi, serta memanfaatkan teknologi untuk penyebaran informasi yang positif dan menyejukkan.
"Setiap individu bisa menjadi influencer yang bisa mengambil peran untuk memengaruhi melakukan hal yang baik," tuturnya.