Eks narapidana terorisme (napiter) Haris Amir Falah meminta pemerintah bekerja sama dengan para napiter untuk memetakan jaringan teroris di Indonesia. Menurut Haris, masih ada kelompok-kelompok teroris yang belum terdeteksi kepolisian.
"Mereka (kelompok teroris) banyak melakukan (aksi) tidak lagi dalam kekuatan tandzim atau struktur yang baik. Tapi, hasil dari mereka melihat (atau) terpapar media sosial sendiri," kata Haris dalam diskusi bedah buku Hijrah dari Radikal kepada Moderat di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Senin (23/12).
Menurut Haris, orang-orang yang terpapar radikalisme sangat alergi dengan pemerintah dan aparat kepolisian. Karena itu, pemerintah memerlukan bantuan eks napiter untuk mendekati orang-orang yang terpapar ini.
Salah satu cara mendekati kelompok-kelompok radikal itu, lanjut Haris, ialah dengan jalan dakwah. "Kita harus berdakwah dengan melakukan pendekatan ke orang per orang. Jadi, kita harus betul-betul melakukan pendekatan. Mereka yang terpapar radikal harus benar-benar dimanusiakan," ujar mantan pimpinan Jamaah Asharut Tauhid (JAT) itu.
Selain jalur dakwah, Haris mengatakan, pemerintah juga bisa meminimalisasi dampak pengaruh radikalisme dengan menyortir konten-konten berbahaya di buku sekolah dan meningkatkan taraf hidup kelompok-kelompok yang rentan terpapar ide-ide radikal.
"Mungkin di antara mereka ini ada orang-orang yang berangkat dari kurang perhatian. Makanya, kita perlu perhatikan dengan pendekatan yang baik," ujar Haris.
Diakui Haris, saat ini serangan terorisme tak lagi sedahsyat dulu. Dari segi kekuatan, kelompok teroris juga kian kecil dan semakin terdesak. Namun demikian, Haris mengingatkan agar pemerintah tidak lengah dan terus mewaspadai perkembangan ide-ide radikal.