Balitbangtan bersama Komisi IV DPR RI menggelar serangkaian kegiatan pengembangan benih unggul dengan mengaplikasikan teknologi Balitbangtan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Puncak kegiatan tersebut berupa Temu Lapang dan Panen Perdana Padi Inpari 33 di Desa Gandasoli, Kecamatan Plered bersama Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi kemarin.
Balitbangtan melalui BPTP Jawa Barat menerapkan Teknologi Budidaya Padi Ramah Lingkungan (BPRL) di wilayah tersebut, sebagaimana ditekankan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, bahwa pertanian berwawasan lingkungan sangat penting, yakni sistem pertanian yang memperhatikan aspek ekologi dan sosial ekonomi.
Tujuan sistem pertanian tersebut untuk menjamin produktivitas lahan dan kelestarian lingkungan berkelanjutan bagi kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup petani. “Dalam bertani ada ekosistem yang hidup (dan) saling menghidupkan, artinya dimana ada rantai makanan yang saling membutuhkan, kita harus menjaganya jangan sampai hilang,” ungkap Dedi Mulyadi.
Secara terpisah, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Fadjry Djufry menyatakan, berbagai riset telah dan akan terus dilakukan dalam mendukung ketersediaan benih unggul sebagai bagian untuk mewujudkan pertanian maju, mandiri dan modern.
“Peran serta BPTP di setiap wilayah menjadi penting untuk menentukan teknologi spesifik lokasi pada lahan yang akan dikembangkan.” jelasnya.
Pemilihan Teknologi BPRL di Purwakarta dilakukan sebagai langkah solutif BPTP Jabar terhadap berbagai ancaman kondisi lahan, seperti kerusakan tanah akibat tingginya penggunaan bahan kimia, serangan penyakit dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi perbenihan.
Teknologi BPRL ini memprioritaskan komponen bahan-bahan alami yang tentu lebih aman bagi lingkungan. Komponen teknologi tersebut diantaranya Varietas Unggul Baru, Pupuk Hayati, Pestisida Nabati, dan Penggunaan Pupuk anorganik sesuai rekomendasi.
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Fery Fahruddin Munir menjabarkan, teknologi Budidaya Padi Ramah Lingkungan pada panen perdana ini baik digunakan untuk menekankan efisiensi pupuk anorganik.
Menurutnya, sering kali petani menerapkan metode pemupukan yang salah, gambaran semakin banyak pupuk anorganik semakin baik adalah hal keliru. “Selain sayang karena banyak pupuk terbuang artinya banyak modal yang sia-sia, hal ini juga mengancam mikroba yang ada dilingkungan. Maka penggunaan BPRL ini dapat menjadi hal yang baik.” Lanjut Fery.
Sementara Ajid Hidayat, Ketua Poktan Tani Makmur menyampaikan bahwa dengan penerapan BPRL, pertumbuhan padinya kini jauh lebih bagus. “Akar-akarnya lebih panjang, serangan hama bisa dikendalikan, dan produktivitasnya kalau dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya ada peningkatan, alhamdulillah, gak nyangka.” ucapnya.
Kepala BPTP Jabar Yiyi Sulaeman menjelaskan, rata-rata produksi di wilayah tersebut kini mencapai 8,60 ton/ha GKP. Sementara musim panen yang sama pada tahun sebelumnya petani hanya mendapat 7 ton/ha GKP. Dengan peningkatan hasil panen ini, ia berharap petani dapat lebih sejahtera serta kelak Poktan Tani Makmur dapat menjadi penangkar benih unggul padi Inpari 33.