Krisis air bersih yang selalu dikeluhkan warga masyarakat wilayah Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut kerapkali melanda setiap kemarau panjang setiap tahunnya. Menyikapi hal itu, Kelompok kerja (Pokja) Salarea yang merupakan para alumni SMA 3 Garut dan sebagian besar warga Cibatu merasa terpanggil memberikan kepedulian terhadap keluhan warga di wilayahnya.
Salah satunya, Pokja Salarea bersama Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dengan menggandeng PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM membangun fasilitas sanitasi air bersih sumur bor di beberapa titik. Dua titik fasilitas air bersih telah selesai dibangun, dan diresmikan yakni di Kampung Kebon Tengah-Cileles, Desa Cibunar, dan satu lagi di Kampung Sindang Rasa, Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, Sabtu (5/10) lalu.
Hadir dalam peresmian ini Asisten Daerah (Asda) I Nurdin Yana, Komandan Kodim 0611/Garut Letkol Inf Erwin Agung, Kasdim 0611/Garut Mayor Inf Hamzah Budi Susanto, Ketua Baznas Garut Rd H Aas Kosasih, Asto Duriad, perwakilan dari Baznas Pusat, Gema Arief Pramuji, Pemimpin Cabang PNM Garut, Direktur PDAM Garut Aja Rowikarim, Camat Cibatu Sardiman Tanjung beserta Forkopim Kecamatan Cibatu, tokoh Ulama, tokoh masyarakat, Pendiri Pokja Salarea Dadan M Ramdan, serta undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Aas Kosasih cukup panjang lebar menjelaskan soal kelembagan Baznas berserta unit-unitnya dalam menjalankan tugas dengan mengumpulkan, mengelola dan memanfaatkan dana umat ini untuk kebaikan bersama. Nah, salah satunya adalah optimalisasi zakat untuk kepentingan sosial seperti pembangunan fasilitas air bersih sebagai solusi krisis air di Kecamatan Cibatu.
Aas Kosasih menilai, air bersih adalah kebutuhan vital. Oleh sebab itu, manfaat pembangunan sumur bor untuk mengatasi krisis air bersih di Garut dari optimalisasi dana zakat ini sangat banyak. "Dalam suatu hadits dinyatakan sedekah air menjadi salah satu jalan menuju surga dan pahalanya terus mengalir," terang dia.
Apa yang diutarakan, Ketua Baznas Garut ini merujuk sebuah hadis yang dinyatakan bahwa sedekah air menjadi salah satu jalan untuk mendapatkan pengampunan Allah SWT dan akhirnya mendapatkan surga. Walaupun sedekah air itu diberikan bukan kepada manusia melainkan “hanya” kepada binatang.
Adapun Gema yang mewakili PNM Pusat berharap, warga bisa memanfaatkan fasilitas air bersih ini sebaik mungkin. "Jangan lupa dijaga dan dipelihara sehingga banyak warga yang terbantu dengan kehadiran akses air bersih ini," pintanya.
Sedangkan, Asisten Daerah (Asda) I, Kabupaten Garur, Nurdin Yana, yang hadir mewakili Bupati Garut, mengatakan, Kabupaten Garut saat ini sedang dilanda kemarau panjang dan berdampak terhadap kekeringan dan sulitnya air bersih.
Pendiri Pokja Salarea, Dadan M Ramdan mengatakan, pengadaan sarana sumber air bersih ini bersal dari donasi UPZ Baznas PT PNM (Persero) sebagai bentuk dari optimalisasi pemanfaatkan dana zakat. "Kami bekerjasama dengan PNM dan Baznas dalam penyediaan fasilitas air bersih yang sangat dibutuhkan oleh warga Cibatu, Garut. Selama ini, warga yang terdampak kekeringan memanfaatkan kiriman air bersih dari PDAM dan sumbangan warga setempat. Sebagian warga terpaksa mengambil air dari sungai dan kali untuk keperluan sehari-hari meski tidak layak," terangnya.
Pokja Salera sangat mengapresiasi pihak PNM dan Baznas yang telah menyalurkan donasi untuk kegiatan sosial ini. Pasalnya, keberadaan sanitasi air bersih tersebut sangat dibutuhkan dan tentu bermanfaat bagi banyak warga yang selama ini kesulitan mendapatkan air bersih setiap musim kemarau tiba. "Air bersih sangat vital untuk keperluan sehari-hari," tukasnya.
Pojka Salarea dalam tiga tahun ini fokus menyalurkan donasi yang bersumber dari bantuan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) dari sejumlah perusahaan untuk pembangunan sarana air bersih lewat Program Sedekah Air. Selain dengan Baznas dan PNM, Pokja Salarea membangun sumur bor di wilayah Garut dari donasi Tahir Foundation, dan relawan Petualang Muslim. "Dalam waktu dekat ini, ada rencana pengeboran dari donasi PT Astra Honda Motor," ungkapnya.
Merujuk data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, sedikitnya enam kecamatan mengalami kekeringan pada tahun ini, dengan kondisi warga sulit mendapatkan air bersih. Beberapa kecamatan yang mengalami darurat air bersih ini adalah Cibatu, Leles, Caringin, Limbangan, dan Malangbong. Cibatu menjadi salah satu kecamatan yang paling parah mengalami krisis air bersih.
Kesulitan air bersih di Cibatu sudah berlangsung cukup lama dan semakin parah di wilayah rawan kekeringan. Untuk menanggulangi masalah ini, selain dengan pengadaan sumur bor dalam, Pemerintah Kabupaten Garut diharapkan mengalokasikan anggaran yang memadai untuk perluasan saluran irigasi dan pipanisasi air berih. "Dari data BPBD Garut, saat ini sekitar 2.700 hektare lahan pertanian mengalami kekeringan dan seluas 5.600 hektare lahan pertanian yang terancam kekeringan, padahal itu lahan produktif. Kekeringan tersebar mulai dari wilayah utara dan selatan," paparnya.