Aparat kepolisian masih melakukan penyelidikan guna mengungkap motif tewasnya seorang anggota Polresta Depok, Bripka Matheus. Sejauh ini, dugaan bunuh diri belum dipastikan menjadi penyebab kematian Matheus, meski ada sejumlah indikasi ke arah tersebut.
"Belum bisa dipastikan, masih menunggu hasil labfor (laboratorium forensik)," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu(2/1).
Namun demikian, Argo mengakui adanya sejumlah indikasi yang mengarah pada bukti-bukti bunuh diri. Sejumlah indikasi yang ditemukan penyidik, adalah rekaman kamera CCTV yang menunjukkan Matheus meninggalkan kediamannya, untuk menuju lokasi kejadian seorang diri. Selain itu, tak ada barang milik korban yang hilang.
Penyidik juga menemukan senjata api organik milik Matheus di lokasi kejadian, tak jauh dari jasadnya saat ditemukan. Selain itu, juga ditemukan adanya bercak mesiu pada bagian tangan Matheus, yang saat ini menjalani tugas bawah kendali operasi (BKO) Satgas Anti Teror Polda Metro Jaya.
"Ada senjata yang ditemukan di rumput, dan ada ditangan kanan korban ada mesiu," kata Argo.
Indikasi lain, tambah dia, ada pesan permintaan maaf yang ditemukan polisi saat memeriksa ponsel milik korban. Namun Argo tak menjelaskan lebih jauh mengenai pesan permintaan maaf tersebut.
Pada Senin (31/12) lalu, Bripka Matheus ditemukan tergeletak dengan kondisi kepala berlumuran darah di Makam Mutiara, Pancoran Mas Depok. Ia dinyatakan meninggal saat berada dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.
Dari hasil autopsi tim dokter RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Matheus tewas karena terkena tembakan di bagian kepala. Namun sejauh ini, polisi belum bisa memastikan motif dibalik tewasnya anggota Polresta Depok tersebut.