Aparat Polda Metro Jaya membantah adanya korban jiwa dalam aksi demonstrasi mahasiwa kemarin, di depan Gedung DPR/MPR di Jakarta. Di dunia maya, tersebar informasi adanya seorang mahasiswa yang meninggal dunia dalam peristiwa itu.
"Tidak ada," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Gatot Eddy Pramono di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (25/9).
Di media sosial, tersebar informasi adanya korban meninggal dari Universitas Al Azhar. Korban yang disebut duduk di semester tujuh itu dikabarkan mengalami pecah tengkorak dan tulang bahu hancur akibat terkena pukulan benda tumpul.
Gatot menyatakan, peristiwa tersebut hanya mengakibatkan ratusan mahasiswa dilarikan ke rumah sakit karena luka dan gas air mata. Namun tidak semua dari mereka harus menjalani rawat inap, karena sebagian besar hanya menjalani rawat jalan.
Selain terkena gas air mata, para korban juga mengalami luka karena terjatuh saat berlari atau terdorong demonstran lainnya.
Menurut Gatot, pihaknya terpaksa menembakkan gas air mata karena mahasiwa harus dipukul mundur. Apalagi para demonstran saat itu sudah merusak gerbang untuk menguasai Gedung DPR/MPR.
"Ada tiga sisi yang dirusak, yang dua itu betul-betul jebol pagarnya, sehingga atas nama undang-undang, polisi tegas menindak dengan gas air mata agar adik-adik mundur," ujarnya.
Selain mahasiwa, terdapat 39 anggota kepolisian yang juga mengalami luka dalam peristiwa tersebut. Menurut Gatot, anggotanya mendapatkan luka dari lemparan batu dan mengalami patah tulang.
"39 anggota sekarang rawat inap, 254 mahasiswa rawat jalan, dan 11 rawat inap," kata Gatot menuturkan.
Menurut Gatot, personel dari Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya akan mendata korban dengan mendatangi sejumlah rumah sakit yang menangani mereka. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan (Kemenristekdikti) juga akan mendata mahasiswa yang terluka akibat aksi demonstrasi tersebut.
Dia berharap, para pimpinan perguruan tinggi di tanah air pun mendata mahasiswanya, untuk memastikan kondisi mahasiswa akibat mengikuti aksi demonstrasi.
"Kami sangat prihatin mendengar adanya mahasiswa yang terluka. Kami akan berusaha mendata semua mahasiswa yang terluka, dan berkoordinasi dengan semua pimpinan perguruan tinggi," ujar Direktur Kemahasiswaan Ditjen Belmawa Kemenristekdikti, Didin Wahidin.
Menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Agus W Susetyo, pihaknya menerima 90 orang korban hingga Rabu (25/9) dini hari.
Agus merinci, 90 orang tersebut terdiri dari 74 orang berstatus hijau, yang berarti luka yang dialami tidak serius dan korban dapat langsung pulang.
Adapun 14 orang lainnya berstatus kuning, yakni pasien stabil namun membutuhkan penanganan segera; serta dua orang korban berstatus merah, yang berarti perlu penanganan cepat dan harus dirawat inap.
"Itu data pasien yang masuk IGD RSPP dari pukul 17.00 sore sampai pukul 00.30 WIB," kata Agus.