Tim penyidik Polda Jawa Tengah (Jateng) masih terus berusaha mengungkap pelaku teror pembakaran kendaraan yang terjadi di beberapa wilayah di Jateng. Dari hasil penyelidikan, tim khusus yang dibentuk untuk menangani kasus ini menemukan adanya pola yang sama, dari sejumlah kasus pembakaran yang terjadi.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo, mengatakan salah satu kesamaan yang terungkap sejauh ini, adalah bahan bakar yang digunakan. Dari hasil pemeriksaan tempat kejadian perkara (TKP), bahan bakar yang didunakan untuk melakukan aksi pembakaran kendaraan, merupakan jenis bahan bakar yang sama.
"Seperti bahan bakar, dari beberapa TKP itu menggunakan satu jenis bahan bakar," kata Dedi di Jakarta, Selasa (12/2).
Menurutnya, polisi masih mengembangkan penyelidikan di total 28 lokasi terjadinya teror pembakaran kendaraan. Sejumlah lokasi yang memiliki CCTV, tengah diperiksa dan dianalisa rekamannya.
Selain rekaman CCTV, tim laboratorium forensik Inafis (Automatic Finger Print Identification System) juga memeriksa kemungkinan rekam jejak yang ditinggalkan pelaku.
"Timsus kerja keras, khususnya dari labfor Inafis yang menganalisa beberapa CCTV yang sudah didapat Satgas. Kemudian juga labfor Inafis mencari rekam jejak yang ditinggalkan pelaku, termasuk sidik jari, itu sedang didalami tim Inafis," kata Dedi.
Selain itu, Dedi menampik adanya dugaan unsur politis di balik aksi teror yang meresahkan warga Jateng itu. Menurutnya, polisi fokus pada tindak pidana yang dilakukan oleh para pelaku tersebut.
“Itu masih sumir (dugaan politisasi). Kejadian yang terjadi selama ini di Jateng tidak harus penyidik terburu-buru memgungkap kasus ini. Ini sama seperti kasus terorisme dan narkoba,” ucap Dedi menerangkan.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyatakan, teror pembakaran kendaraan di wilayah Jateng dilakukan secara terorganisasi. Pelakunya menginginkan aksi tersebut merusak ketenteraman dan ketertiban warga.
"Ini dilakukan oleh orang-orang yang tidak jelas apa motivasinya, tapi terorganisir. Bisa masuk kategori kelompok organisasi yang gelap. Arahnya merusak suasana, ketenteraman dan ketertiban," kata Tjahjo.
Menurutnya, aparat kepolisian dibantu oleh TNI, telah mengumpulkan perangkat RT/RW hingga Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI dan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas), untuk mencegah terulangnya teror serupa.
Dia pun berharap masyarakat dapat mengaktifkan kembali Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling), untuk menjaga keamanan dan ketertiban di wilayahnya.
"Siskamling untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga, dari organisasi yang gelap, yang ingin mengganggu stabilitas," jelas dia.