Polri menggelar rekonstruksi penembakan yang menyebabkan adanya peluru nyasar di Gedung DPR RI pada Senin lalu (15/10). Dalam rekonstruksi yang berlangsung selama 1,5 jam, dilakukan 25 adegan mulai dari kedua pelaku memasuki lokasi, sampai pada akhirnya melakukan penembakan.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto membeberkan, kedua pelaku berinisial IAW dan RMY, ditemani oleh dua pendamping saat melakukan olahraga menembak itu. Saat ini, kedua pendamping tersebut berstatus sebagai saksi. Adapun IAW dan RMY sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Menurutnya Setyo, senjata yang digunakan bukanlah milik IAW dan RMY. Karenanya, kata dia, pemilik senjata dapat disalahkan, karena meminjamkan senjatanya kepada orang yang baru sekali melakukan olahraga menembak. Apalagi senpi tersebut telah ditambahkan switch auto yang mengubahnya menjadi senjata full automatic.
Magasin pada pistol jenis Glock itu, kata Setyo, dapat menampung sekitar 17 peluru. Adapun penambahan switch auto membuat senjata tersebut dapat mengeluarkan lima peluru sekali tekan pelatuk.
“Ya kalau di organisasi tidak dibolehkan. Tapi prinsipnya gini, Perbakin tidak mengizinkan senjata otomatis untuk olahraga. Jadi di dalam aturan Perbakin, tidak ada otomatis. Kalau ini ada kejadian ini, tanggung jawab yang bersangkutan,” ujarnya di Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta, Jumat (19/10).
Ketua DPR RI, Bambang Soesetyo ikut hadir dalam rekonstruksi tersebut. Setelah melihat adegan reka ulang, politisi Partai Golkar itu berpendapat kedua pelaku tidak memiliki kesengajaan, yang membuat terjadinya peluru nyasar ke Gedung DPR.
Ia pun meyakinkan jarak antara Lapangan Tembak dan Gedung DPR RI mungkin saja dijangkau, mengingat aksesoris yang ditambahkan pada senjata yang digunakan.
“Pengalaman saya sebagai anggota Perbakin dan pernah latihan di sini, kecil kemungkinan, tapi saya tidak menjudgement, tapi berdasarkan pengalaman. Kecil kemungkinan, hanya kelalaian karena tidak menguasai terjadinya perubahan antara semi automatis menjadi automatis,” tuturnya.
Meski demikian, politisi yang biasa dipanggil Bamsoet itu meminta agar pihak kepolisian, mempertimbangkan kembali keamanan di sekitar Lapangan Tembak dan Gedung DPR RI. Hal itu agar seluruh anggota DPR dan karyawan, serta orang-orang yang berada di sekitar Lapangan Tembak, tetap dalam kondisi aman.
DPR pun berencana akan memanggil pihak Kepolisian, Badan Pengelola Gelora Bung Karno, Kemenpora, Sekretariat Negara, dan Perbakin, untuk mengkaji kembali persoalan keamanan tersebut.
“Hal itu untuk mengkaji apakah lokasi ini masih layak dipakai atau diputuskan untuk pindah. Apakah tetap di sini, kemudian pengamanan di sini diperketat, lalu kemudian di DPR disiapkan pengamanan-pengamanan yang bisa mencegah terjadinya peristiwa ini tidak terulang kembali,” kata Bamsoet menuturkan.