Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menyatakan, sejumlah cerita penculikan anak yang banyak beredar di media sosial akhir-akhir ini adalah hoaks. Pelakunya menggunakan foto berbeda untuk menguatkan cerita penculikan anak yang mereka sebarkan
"Dari hasil pengecekan kejadian dapat disimpulkan foto yang ditampilkan, baik tersangka maupun korban, memang benar, tetapi tidak sesuai dengan fakta kejadian sebenarnya," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri, Brigjen Dedi Prasetyo di Jakarta, Selasa (30/10) malam.
Menurutnya, cerita tentang penculikan anak dan pencurian organ tubuh yang tersebar, tidak benar-benar terjadi. Beberapa gambar yang dibagikan di media sosial, sama sekali tidak berhubungan dengan deskripsi gambar tersebut.
Ia mencontohkan ada foto seseorang yang disebut sebagai pelaku penculikan anak di Pontianak. Faktanya, orang tersebut merupakan pelaku pencurian telepon seluler di Bogor yang sudah ditangkap.
Ada juga foto seorang anak dengan mata tertutup, yang disebut sebagai korban penculikan dan pencurian organ mata. Nyatanyaa, menurut Dedi, foto tersebut merupakan foto seorang anak yang meninggal karena dehidrasi.
Pada bagian lain, terdapat foto seorang anak yang meninggal di ladang dengan perut terburai. Foto tersebut disebut sebagai foto anak korban penculikan yang organ di dalam perutnya dicuri. Padahal foto tersebut berasal dari foto korban perkosaan dan pembunuhan yang pelakunya sudah ditangkap.
"Fakta kejadian sebenarnya dilihat dari waktu kejadian, tempat kejadian, pelaku dan latar belakangnya adalah kejadian yang berdiri sendiri dengan tidak ada hubungan satu dengan yang lainnya dengan latar belakang yang berbeda," kata Dedi.
Ia menyesalkan peredaran berita hoaks tersebut. Menurutnya, beredarnya foto dengan penculikan dan pencurian organ anak, telah menimbulkan rasa takut di masyarakat. karena dapat menimbulkan rasa takut di tengah masyarakat.
Saat ini, Polri tengah melakukan analisa terhadap akun-akun media sosial yang mengedarkan berita hoaks tersebut. Ini dilakukan untuk mengetahui pelaku dan motivasinya.
"Satgas siber saat ini sedang menganalisis akun-akun medsos yang berbeda yang memposting berita hoaks penculikan, untuk mengetahui pelaku dan motivasinya, dan apakah pemilik akun saling berhubungan," kata Dedi menerangkan.