Polisi mengklaim tengah melakukan negosiasi dengan keluarga pendeta Yeremia Zanambani untuk melakukan autopsi guna proses penyelidikan. Namun, dalam komunikasi terakhir, pihak keluarga menolak.
"Pihak keluarga menolak dilaksanakan autopsi. Ini yang menjadi permasalahan di penyelidikan. Bagaimana kami menentukan kematiannya kalau tidak bisa diautopsi," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Awi Setiyono di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (11/11).
Awi mengatakan, rencananya autopsi dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Kendati demikian, pihak keluarga Yeremia menolak karena jarak yang terlalu jauh, dan apabila terpaksa harus dilakukan maka diharapkan digelar di Timika.
Menurut Awi, autopsi di Timika akan memiliki pertimbangan situasi keamanan yang terbilang tidak kondusif.
"Kalau dikerjakan di lokasi, situasi di sana tidak kondusif. Ini yang menjadi pertimbangan. Namun demikian keluarga dan pengacaranya tidak mau diautopsi," ucap Awi.
Ditambahkan Awi, Wakil Kapolda Papua juga akan bertandang ke Timika untuk membahas persoalan tersebut dengan Bupati Intanjaya. Pertemuan itu diharapkan dapat membantu mempercepat proses penyelidikan.
"Polda Papua terus masih berusaha. Kami lihat ya itu harus diselesaikan," ucap Awi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Polda Papua membenarkan informasi meninggalnya pendeta bernama Yeremias Zanambani yang diduga terkena tembak oleh orang tak dikenal atau OTK, di Kampung Bomba Distrik Hitadipta, Kabupaten Intan Jaya pada Septermber lalu.
Atas peristiwa itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyatakan akan membentuk tim investigasi yang terdiri dari pihak-pihak netral, seperti tokoh agama dan tokoh adat untuk mengungkap kasus pembunuhan.
Namun, Mahfud tetap mendesak Polri mengungkap kasus pembunuhan itu secara profesional dan melaporkan kepada Presiden Joko Widodo setiap perkembangannya.