Handry Chuhairy, kolektor dan pembudidaya tanaman hias menyampaikan bahwa Kalimantan Barat (Kalbar) memiliki potensi tanaman hias yang banyak diminati oleh pasar. Ia menemukan sejumlah jenis tanaman hias dari wilayah tersebut, antara lain Scindapsus, Rhaphidophora, Homalomena, Schismatoglottis, Alocasia, Colocasia, Amydrium, dan Epipremnum, yang tumbuh di beberapa hutan Kalimantan Barat.
Menurutnya, konsumsi tanaman hias saat ini bukan lagi sebagai gaya hidup, tapi sudah menjadi fashion di pasar, dengan berbagai keunikan yang dihasilkan. “Di habitat itu timbul yang bermutasi, bermutasi itu dua, bermutasi bentuk beserta dengan mutasi warna, nah dari warna ini pun banyak, jadi ada yang keluar varigata warna putih, Varigata warna kuning, maupun Varigata marbel, dan lain sebagainya, jadi ini seperti kayak mode fashion, ngikutin terus,” papar Handry dalam Alinea Forum "Tanaman Hias Kalimantan", Selasa (28/9).
Melihat potensi tanaman hias Kalimantan Barat dan perubahan tren dalam konsumsi, Handry menyarankan agar harus terus dikembangkan dengan tidak menjualnya secara langsung setelah diambil dari hutan.
“Saya minta beberapa daerah Kapuas, Kalimantan Barat, apabila menemukan spesies ataupun tanaman dari hutan itu tolong istilahnya jangan langsung dikirim, kalau kita langsung kirim, kita tidak punya bonggol, kita akan kehilangan satu trah yang itu terbaik,” katanya.
Handry kemudian memberikan beberapa tips untuk mengembangkan tanaman hias sehingga eksistensinya tetap terjaga, di antaranya perlu memperhatikan media tanam, penyiraman, sinar matahari dan suhu, dan perawatan.
Saat ini, bisnis tanaman hias banyak diminati publik. Pasalnya, tanaman hias dengan jenis tertentu bisa meraup keuntungan hingga ratusan juta. Menilik potensi bisnis tersebut tersebut, kata Handry, banyak pihak yang mengelola tanaman hias tanpa memperhatikan keberlanjutan di tempat aslinya.
Di forum yang sama, Karolin Margret Natasa, Bupati Landak, Kalimantan Barat, menyampaikan jika di wilayahnya masih banyak pelaku usaha yang langsung mengambil tanaman hias dari hutan. Mereka bahkan menggunakan truk untuk mengangkat tanaman hias tersebut.
Perilaku tersebut, ucap Karolin, justru mengancam kelestarian lingkungan, termasuk keberlanjutan dari sisi bisnis tanaman hias. Dalam kondisi demikian, menurut Karolina, maka pelatihan bagi pelaku usaha tanaman hias perlu diberikan.
“Sehingga teman-teman di lapangan juga bisa mengembangkan tanaman hias di Kalimantan barat, terutama dalam semangatnya melestarikan lingkungan, sehingga tidak hanya mengambil dari hutan, tapi bagaimana agar tanaman kita kembangkan baru kemudian diambil keuntungannya secara ekonomi,” tuturnya.