close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Erupsi Gunung Agung. (foto: Antara)
icon caption
Erupsi Gunung Agung. (foto: Antara)
Nasional
Senin, 27 November 2017 14:05

Potensi wisata Pulau Dewata di tengah letusan Gunung Agung

Letusan Gunung Agung berdampak pada penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai. Akibatnya, 18 ribu pelancong asing batal ke Bali.
swipe

Terhitung sejak Senin (27/11), pukul 06.00 Wita, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMG) menaikkan status Gunung Agung dari siaga menjadi awas. Penaikan itu terjadi karena meningkatnya fase freatik atau uap air bertekanan tinggi dan mengalami kontak langsung dengan magma, menjadi magmatik sejak teramati adanya sinar merah di puncak gunung pada Minggu (26/11) pukul 21.00 Wita.

“Erupsi dari fase freatik ke magmatik ini terlihat kepulan abu tebal yang terus menerus mencapai ketinggian 2.000-3.400 meter dari puncak Gunung Agung,” terang Kepala Bidang Mitigasi PVMBG, I Gede Suantika seperti dikutip dari Antara.

Erupsi kepulan abu terus menerus yang disertai letusan eksplosif ini terdengar suara dentuman lemah hingga radius 12 kilometer dari puncak gunung. Hal tersebut menandakan potensi letusan lebih besar yang mungkin segera terjadi.

Sejak 1800, PVMBG mencatat Gunung Agung meletus sebanyak empat kali. Letusan petama, terjadi pada 1808 dan melontarkan abu serta batu apung dalam jumlah yang besar. Selanjutnya, pada 1821, juga terjadi erupsi. Namun, karena minimnya teknologi, belum ada catatan pasti terkait kekuatan semburan dan korban jiwa dari gunung dengan ketinggian 3.031 itu.

Kemudian pada 1843, erupsi Gunung Agung kala itu didahului dengan gempa bumi. Material yang dimuntahkan yakni abu, pasir dan batu apung. Terakhir, pada 18 Februari 1963, letusan Gunung Agung terjadi hingga 27 Januari 1964. Sebanyak 1.148 nyawa melayang dan 296 terluka akibat bencana tersebut. Ironisnya, 863 tewas akibat terkena muntahan awan panas Gunung Agung.

Merujuk pada empat letusan sebelumnya, tipe letusan Gunung Agung bersifat eksplosif, yakni dengan melontarkan batuan pijar, pecahan lava, hujan piroklastik serta abu. Selain itu, letusan Gunung Agung juga efusif, yakni berupa aliran awan panas dan aliran lava.

18 ribu turis asing batal ke Bali

Sebagai kawasan wisata, Pulau Dewata selalu ramai dikunjungi oleh para pelancong, khususnya luar negeri. Merujuk pada catatan Badan Pusat Statistik (BPS), hingga Juni 2017, turis asing yang berkunjung ke Bali mencapai 504.141 kunjungan. Dari jumlah itu, 503.617 datang melalui bandara I Gusti Ngurah Rai dan 35,66% pelancong tersebut menyempatkan diri ke Karangasem, tempat Gunung Agung berada.

Kunjungan wisatawan mancanegara itu mengalami peningkatan dibanding periode yang sama pada 2016. Kala itu, turis asing yang bekunjung ke Bali via bandara sebanyak 405.686.

Namun, dengan meningkatnya aktivitas Gunung Agung, bandara I Gusti ngurah Rai sebagai pintu masuk wisatawan ditutup hingga Selasa (28/11) besok. Corporate Secretary PT Angkasa Pura 1, Israwadi mengungkapkan, penutupan itu berdampak pada 445 penerbangan dari dan menuju Bali.

“Ada 196 rute internasional dan 249 domestik,” terang Israwadi dalam keterangannya.

Sementara Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Artha Ardana Sukawati mengungkapkan, rata-rata, sebanyak 18 ribu wisatawan asing datang ke Pulau Dewata melalui bandara I Gusti ngurah Rai. Dengan ditutupnya bandara, sosok yang akrab diapa Cok Ace itu memprediksi 18 ribu turis mancanegara itu batal berkunjung ke Bali.

“Rata-rata kita 18 ribu wisatawan ke Bali perhari. Tentu ini besar,” ujar Cok Ace saat berbincang dengan Alinea.

Meski demikian, Cok Ace menyebut minat pelancong dari luar negeri ke Bali masih ada. Terutama bagi mereka yang penasaran untuk melihat letusan Gunung Agung secara langsung. Selain itu, masih banyak destinasi wisata di Pulau Dewata yang tak terkena dampak letusan Gunung Agung.

“Sebenarnya dari segi destinasi Bali masih banyak pilihan yang lain. Banyak juga yang pingin lihat Gunung Agung, misal tadi dari Jepang ada yang datang, market itu ada,” sambungnya.

Namun, dengan penutupan bandara, para penyedia jasa wisata di Bali kini fokus pada pelayanan pelancong yang hendak meninggalkan Pulau Dewata. Cok Ace menilai, lebih penting menjaga kesan para pendatang dengan menjaga mereka tak terlantar akibat penutupan bandara. Karena itu, para turis yang akan meninggalkan Bali, diarahkan melalui bandara Juanda, Surabaya.

“Airport ditutup ini persoalan.Kita tidak tahu berapa hari ini ditutup. Hari pertama ini kami dari industri fokus ke wisatawan yang meninggalkan bali hari ini, agar mereka tidak sampai terlantar. Kita antar sampai ke Juanda,” tandasnya.

img
Syamsul Anwar Kh
Reporter
img
Syamsul Anwar Kh
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan