close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Calon Presiden Prabowo Subianto mendengarkan pertanyaan media saat memberikan keterangan pers di kediaman Prabowo, Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (21/5)./ Antara Foto
icon caption
Calon Presiden Prabowo Subianto mendengarkan pertanyaan media saat memberikan keterangan pers di kediaman Prabowo, Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (21/5)./ Antara Foto
Nasional
Rabu, 22 Mei 2019 19:12

Prabowo: Saudara milik rakyat semuanya

Prabowo mengingatkan aparat TNI-Polri adalah milik rakyat karena dibiayai dari pajak yang dibayarkan masyarakat.
swipe

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto berharap aparat kepolisian tidak menggunakan kekerasan untuk menghadapi demonstrasi rakyat. Dia mengingatkan aparat TNI-Polri adalah milik rakyat karena dibiayai dari pajak yang dibayarkan masyarakat.

"Kami mohon kepada pertolongan Tuhan yang maha besar, agar kemanunggalan TNI-Polri dengan rakyat terjaga dan tak digunakan sebagai alat kekuasaan," kata Prabowo dalam konferensi pers di Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (22/5).

Ketua Umum Partai Gerindra juga mengingatkan agar perwira TNI maupun Polri menjadi pelindung rakyat. Menurutnya, segala fasilitas yang digunakan TNI-Polri saat bertugas bersumber dari rakyat. Oleh karena itu, dia berharap pihak kepolisian bekerja untuk kepentingan masyarakat.

"Adik-adik juga di TNI-Polri yang aktif kita ingat bersama, seragam, makanan, dan senjata yang digunakan, dibiayai oleh rakyat. Saudara milik rakyat semuanya. Rakyat mendambakan anda mengayomi. Saudara harapan kita," kata dia.

Kepada pendukung yang sedang melakukan protes di jalan, Prabowo meminta agar menahan diri dan menghindari aksi-aksi yang mengedepankan cara-cara kekerasan. 

"Saya tegaskan kepada pendukung saya, hindari kekerasan fisik. Berlakulah sopan dan santun, hormati pejabat penegak hukum," ucapnya.

Desak investigasi

Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Fadli Zon, mendesak aparat menginvestigasi jatuhnya korban jiwa dalam aksi demonstrasi di sekitar Gedung Bawaslu. Tercatat enam orang meninggal dunia dalam unjuk rasa yang berujung rusuh pada Rabu (22/5) dini hari.

Desakan itu disampaikan Fadli lantaran ada perbedaan informasi antara keterangan masyarakat dan pernyataan resmi pemerintah mengenai aksi yang terjadi di Petamburan dan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

"Ini harus diinvestigasi. Kita ingin ada satu ketenangan, tapi tidak dari salah satu pihak saja, tapi dari semua pihak," kata Fadli.

Dari keterangan masyarakat, sambung Fadli, terjadi penyerangan membabi buta saat masyarakat sedang bersiap-siap untuk melaksanakan sahur. Keterangan itu dia dapatkan dari cerita masyarakat saat berkunjung langsung ke daerah Petamburan, Tanah Abang.

"Menurut masyarakat, ada oknum yang menyerang mereka saat mempersiapkan sahur. Saya bicara langsung dengan tokoh masyarakat," kata Fadli.

Fadli menekankan terjadinya penyerangan terhadap masyarakat. Menurut informasi yang dia terima, masyarakat Petamburan tengah memantau situasi saat tiba-tiba terjadi penembakan yang tak diketahui sumbernya.

"Ada dua orang disampingnya sedang duduk mengawasi situasi di depan gang. Kemudian ada peluru menembak entah dari mana," kata Fadli menuturkan.

Di tempat kejadian, lanjutnya, masyarakat berinisiatif mengumpulkan selongsong peluru bekas kejadian. Ada beragam selongsong peluru yang berhasil dikumpulkan. Dia menyarankan agar diinventarisasi guna mengungkap kejadian tersebut.

"Ada peluru hampa dan peluru karet, ada peluru tajam juga. Tadi dikumpulkan. Saya minta ini diinventarisir. Ini menunjukan peristiwa yang menyebabkan jatuhnya korban," ucapnya.

img
Armidis
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan