close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Jokowi pada Pembukaan Rakernas KORPRI, Jakarta, 3 Oktober 2023. Foto YouTube Sekretariat Presiden
icon caption
Presiden Jokowi pada Pembukaan Rakernas KORPRI, Jakarta, 3 Oktober 2023. Foto YouTube Sekretariat Presiden
Nasional
Selasa, 03 Oktober 2023 10:54

Presiden minta ASN mengubah orientasi kerja

Semestinya birokrasi mengerjakan urusan yang penting karena ASN merupakan mesin pemerintahan.
swipe

Presiden Jokowi menegaskan, ekosistem kerja aparatur sipil negara (ASN), seharusnya bisa memacu orang untuk berkinerja, memacu orang untuk berprestasi, serta memacu orang untuk berinovasi. 

"Saya sering menyampaikan ke Menpan RB, harus ada tolak ukur yang jelas, reward yang jelas. Jangan sampai kerja sampai tengah malam hanya untuk urusan SPJ," ucap dia dalam keterangan resminya yang dipantau online, Selasa (3/10).

Dia menduga masih ada sebuah sistem yang masih tidak benar. Karena semestinya birokrasi mengerjakan urusan yang penting karena ASN merupakan mesin pemerintahan. Misalnya, mengurusi persoalan pertumbuhan ekonomi.

"Harusnya ukurannya seperti itu. Sekda enggak bisa diangkat kalau enggak bisa tumbuhkan ekonomi di daerah sebesar enam koma sekian. Bukan ukurannya SPJ. Repot kalau kejebak dengan itu," kata dia lagi.

Ukuran lain sebagai parameter kinerja ASN, yakni inflasi. Di mana, jika inflasi tidak bisa di bawah 3%, berarti ASN bisa dikatakan tidak kerja. Selanjutnya adalah kemiskinan. Dan menurutnya, pengurangan kemiskinan ini yang dibutuhkan masyarakat. Bukan hanya terjebak pada rutinitas menyelesaikan SPJ dan prosedural.

"Harus diubah orientasinya. Tetapi memang harus dimulai dari pusatnya dulu dengan membuat sistemnya, aturan, dan regulasi. Kalau tidak, kita akan terjebak pada jebakan negara berpendapatan negara menengah. Seperti kejadian di Amerika Latin yang setelah 60 tahun kemudian, tetap menjadi negara berkembang," tutur dia.

Jokowi menjelaskan, yang terjadi di Amerika Latin karena mereka tidak menggunakan peluang yang ada. Makanya, dia menegaskan, kepemimpinan nasional pada 2024 dan dua periode setelahnya akan sangat menentukan sekali apakah Indonesia akan menjadi negara maju atau terjebak sebagai negara berkembang. 

"Kalau tak bisa mengubah sistem yang ada menjadi lebih cepat, baik, dan efisien, maka kita akan terus terjebak. Padahal peluangnya besar sekali. Bonus demograsi akan muncul dan SDA kita sangat pas. Oleh sebab itu, karakter ASN harus berubah. Jangan monoton, jangan terpaku rutinatas, harus inovatif, adaptif terhadap perubahan," papar dia. 

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan