Presiden Joko Widodo berharap perguruan tinggi di Indonesia lebih fleksibel menghadapi perkembangan zaman, dengan mendirikan fakultas yang menjawab kebutuhan saat ini. Jokowi pun mengusulkan agar perguruan tinggi di Indonesia mendirikan fakultas kelapa sawit dan fakultas kopi.
Usulan ini berpijak pada besarnya modal Indonesia atas dua komoditas tersebut.
"Negara kita ini memiliki kekuatan besar, misalnya kelapa sawit, tapi sampai sekarang ini belum ada fakultas kelapa sawit. Ada yang namanya produk kopi, tidak ada di Indonesia ini (fakultasnya)," kata Presiden Jokowi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Lamongan, Jawa Timur, Senin (19/11).
Menurutnya, Indonesia memiliki 14 juta hektare lahan perkebunan kelapa sawit. Begitu juga lahan perkebunan kopi yang areanya mencapai jutaan hektare.
Fakultas khusus tersebut, dia menerangkan, dapat mengupas segala proses yang dilalui komoditas-komoditas tersebut, mulai dari hulu sampai hilir. Mulai dari proses produksi hingga pemasaran.
Jokowi pun mencontohkan Italia yang berhasil menciptakan varian kopi cappuccino. Padahal, kata dia, negeri pizza itu tak memiliki kebun kopi yang luas.
"Kenapa kita tidak punya fakultas kopi yang mengurus mulai dari pembibitan, pemupukan, penanaman, diajari pascapanen, diajari bagaimana membuat produk, kemudian kita bisa membuat produk sendiri? Kapujowo, Kapugayo, kenapa tidak? Kopi kita ini enak-enak tapi kita selalu menjualnya dalam bentuk raw material(bahan mentah), Tidak pernah kita memproduksi dalam sebuah kemasan apalagi produk-produk akhir seperti cappuccino," ujar Jokowi menerangkan.
Bagi Jokowi, perkembangan dunia saat ini perlu direspons dengan baik oleh perguruan tinggi Indonesia. Karena perubahan tersebut juga akan berdampak pada jenis pekerjaan yang ada.
Jokowi mencontohkan pekerjaan tukang pos pengantar surat yang semakin tidak relevan. Sebab saat ini, komunikasi dapat dilakukan lebih cepat melalui surat elektronik ataupun sambungan telepon.
Presien pun meminta agar fakultas-fakultas yang ada di universitas dan perguruan tinggi merespons dengan merumuskan agenda riset yang baru.
"Inilah tugasnya universitas, fakultas. Fakultas sudah 30-40 tahun, dari dulu kita bikin fakultas ekonomi, pertanian, sospol. Padahal ekonomi kita sekarang sudah berubah. Kenapa tidak ada fakultas ekonomi digital? " tegas Presiden. (Ant)