Presiden Joko Widodo mengaku sudah memerintahkan Panglima TNI dan Kapolri untuk menyelidiki kasus pembunuhan di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua. Aksi pembunuhan ini diduga dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
"Kejadiannya di Kabupaten Nduga, dulu memang warnanya merah. Saya pernah ke sana dan tadi pagi, saya sudah perintahkan panglima TNI dan Kapolri untuk diliat dulu," kata dia di hotel Bidakara, Selasa (4/12).
Presiden menyebutkan kasus ini mesti didalami dulu dengan seksama. Banyak kesimpangsiuran dalam kasus ini. "Masih dikonfirmasi dulu ke sana apakah betul kejadiannya seperti itu," ujarnya.
Namun, Jokowi membenarkan wilayah Papua rawan dengan gangguan keamanan. Menurutnya pembangunan Papua masih terkendala oleh medan yang sulit.
"Tapi memang kita tahu bahwa pembangunan tanah Papua itu memang medannya sangat sulit, medannya sangat sulit, dan masih terdapat gangguan-gangguan keamanan seperti itu," kata dia.
Sementara Polri sudah lakukan pemetaan terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang diduga melakukan aksi pembantaian terhadap puluhan pekerja proyek pembangunan jembatan.
Polri menegaskan tengah melakukan pengejaran terhadap pelaku pembantaian pekerja proyek pembangunan jembatan di Nduga, Papua.
“Sudah teridentifikasi beberapa kelompok, tinggal mengerucut apakah benar kelompok ini atau tidak,” ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Mabes Polri Brigjen Pol M Iqbal di Humas Polri, Selasa (4/11).
Penyelidikan dilakukan dengan menggunakan strategi taktis dan teknis yang biasa digunakan dalam menghadapi KKB. Sayangnya ia tidak menyebutkan berapa personel yang dikerahkan untuk mengejar para pelaku.
Terkait jumlah korban sendiri, Iqbal menyebut belum dapat memastikan berapa jumlahnya. Tidak semua pekerja merupakan warga asli Papua.
Adanya informasi penyanderaan terhadap sejumlah orang juga belum dapat dipastikan. Masyarakat diminta tidak memercayai segala informasi simpang siur mengenai jumlah dan kondisi korban yang banyak beredar.
“Peristiwa ini memang terjadi, namum Mabes Polri belum memastikan jumlahnya. Beredar memang ada 31, 24 nama dan delapan. Ini narasi-narasi di medsos,” tuturnya.
Menurutnya, Polri dapat memastikan jumlah korban setelah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Saat ini menurut Iqbal, upaya-upaya penyelamatan korban menjadi hal utama yang dilakukan.