close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Mendikbudristek, Nadiem Makarim, penggagas Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Foto Antara/Rivan Awal Lingga
icon caption
Mendikbudristek, Nadiem Makarim, penggagas Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Foto Antara/Rivan Awal Lingga
Nasional
Kamis, 09 Desember 2021 13:35

Rektor Unmuha: Program Kampus Merdeka Mendikbudristek Nadiem rancu

Capaian pembelajaran mahasiwa peserta Program Kampus Merdeka dikhawatirkan tidak tercapai karena magang tanpa dibekali teori yang cukup.
swipe

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, dianggap rancu. Alasannya, mahasiswa yang mengikuti pemagangan tidak dibekali teori yang cukup.

"Di dalam kuliahnya tidak dapat teori, tapi dia melakukan magang, ketemu kenyataan di lapangan [yang bobotnya] sebanyak 60 SKS. Diskusi kami di kampus, dikhawatirkan 60 SKS tersebut [akan mengganggu] capaian pemberlajaran (CPL)," Rektor Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha), Aslam Nur, dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi X DPR secara daring, Kamis (9/12).

Nadiem meluncurkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka pada awal 2020. Program diklaim meningkatkan kualitas perguruan tinggi dalam melahirkan sumber daya manusia (SDM) unggul; mempercepat inovasi; melibatkan industri, masyarakat, dan asosiasi dalam pengembangan SDM; dan melatih mahasiswa lebih adaptif.

Implementasi dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka adalah mahasiswa melakukan pembelajaran di luar program studi (prodi) dengan magang. Temponya tiga semester atau setara bobot 60 satuan kredit semester (SKS).

Kerancuan lainnya, sambung Aslam, terkait profil prodi. Menurutnya, kehadiran MBKM justru menjadikan profil prodi menjadi tidak terlihat lagi dengan ciri khasnya alias ambigu.

"Contohnya ini Prodi Teknik Sipil, tetapi ternyata banyak hal juga akhirnya tidak terlihat seperti apa yang diharapkan, seperti seorang ahli di dalam bidang teknik sipil tersebut," tuturnya.

"Ini diskusi kami. Jadi perlu dimantapkan lagi agar CPL ini tidak terganggu, bisa tercapai, dan profil prodi bisa terlihat dengan ciri khas prodi tersebut," sambungnya.

Berikutnya, menyangkut kondisi daerah. Aslan berpendapat, MBKM bisa saja diterapkan di perguruan tinggi negeri (PTN) maupun swasta (PTS), tetapi tidak semua daerah di tempat institusi pendidikan berada memiliki industri besar, yang akan menjadi lokasi mahasiswa magang.

"Artinya, wilayah tertentu itu, kondisi wilayah itu akan memengaruhi apakah MBKM ini akan terlaksana dengan maksimal," jelasnya.

Setidaknya ada sembilan kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang bisa dijalani, yakni magang di industri, pertukaran mahasiswa, membangun desa, mengajar di sekolah, penelitian di lembaga riset, pengembangan kewirausahaan, studi independen/proyek mandiri, proyek kemanusiaan, dan bela negara.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan