Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), August Hamonangan mengkritik kerusakan jalan di Jalan Lebak Bulus III akibat pembangunan sumur resapan yang mengganggu aktivitas masyarakat dan membahayakan pengguna jalan.
Diketahui, beberapa sumur resapan di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan tidak cuma jebol, tapi juga retak. Namun, seluruh sumur yang kondisinya jebol dan retak kini sudah diperbaiki seluruhnya.
August menduga hal ini terjadi karena Pemprov DKI sedang mengejar target pembangunan sumur resapan di tahun 2021 yang anggarannya tinggi tapi tak ada kejelasan lokasi sehingga eksekusi pembangunannya berantakan.
"Per November 2021 pembangunan sumur resapan masih kurang 16 ribu dari target. Akibatnya sekarang kejar target tapi kualitas pengerjaannya amburadul dan minim koordinasi," kata August kepada wartawan, Jumat (10/12).
August menilai kejadian ini menunjukan bahwa pembangunan sumur resapan bukan hanya dipertanyakan efektivitasnya, namun juga eksekusinya berantakan.
"Harusnya Dinas SDA melakukan koordinasi dengan Dinas Bina Marga terkait pembangunan sumur resapan di jalan ini. Ini jalanan rusak tapi tidak diperbaiki segera padahal ada anggarannya di Bina Marga," ujar August.
August juga khawatir jika pembangunan sumur resapan yang sedang "kejar target" ini mengorbankan kualitas penentuan lokasi.
"Dinas SDA di beberapa tepat sebenarnya tinggal membangun tali air agar air dapat langsung masuk ke saluran drainase tanpa harus membangun sumur resapan yang merusak jalan. Saya takut target dan serapan anggaran malah jadi fokus daripada ketepatan lokasi pembangunan sumur resapan," ungkap August.
Menurut August, kualitas pengerjaan seperti ini membuat August tidak heran DPRD DKI Jakarta sepakat untuk memangkas anggaran pembangunan sumur resapan di tahun 2022.
"Gak heran saat ada usulan mengurangi anggaran sumur resapan semua anggota DPRD setuju, lebih baik fokus atasi banjir dengan normalisasi," kata August.
Tanpa perencanaan dan habiskan angggaran
Pengamat kebijakan publik Trubus Rahardiyansah menyebut, proyek sumur resapan yang dibangun Pemprov DKI Jakarta tanpa melalui sebuah perencanaan matang. Trubus menilai, sumur resapan hanyalah dari sekian proyek yang jadi lahan bancakan oknum tertentu.
Jelas tanpa perencanaan matang. Mereka (kontraktor) ini pokoknya hanya kejar tayang, kualitas gak diperhatikan," kata Trubus saat dihubungi Alinea.id, Jumat (10/12) siang.
Selain kejar tayang, Trubus menilai proyek sumur resapan hanya untuk menghabiskan anggaran semata, jelang akhir tahun. Dia menduga, proyek tersebut hanya menjadi lahan bancakan segelintir elit, baik di Pemprov DKI maupun DPRD DKI Jakarta,
"Jadi ini proyek di akhir tahun. Habiskan anggaran, dan orang tertentu ingin memanfatkan anggaran itu. Bukan hanya Pemprov tapi juga DPRD," ungkapnya.
Menurut Trubus, sumur resapan tidak efektif mengurai banjir di Ibu Kota. Fungsinya hanya untuk mengurangi genangan air sesaat. Begitu hujan deras turun, kata Trubus, maka sumur resapan tidak berfungsi. Malah menjadi sumber masalah baru bagi pengguna jalan.
"Jadi ini memang semua dari perencanaan, kejar target pelaksanaan dan ini potensi korupsi. Ini juga dari sekian dari banyak masalah (yang ada di DKI) termasuk danah hibah kemarin. Publik sudah berkali-kali teriak, tapi mereka tetap jalan aja gitu. Ya, akhirnya gak efektif karena landscape Jakarta kan turun terus karena infrastruktur," pungkas dia.