close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
PSI sebut kisruh PPDB imbas minimnya pertumbuhan SMA negeri. Alinea.id/Dwi Setiawan
icon caption
PSI sebut kisruh PPDB imbas minimnya pertumbuhan SMA negeri. Alinea.id/Dwi Setiawan
Nasional
Senin, 24 Juli 2023 10:58

PSI sebut kisruh PPDB imbas minimnya pertumbuhan SMA negeri

Berdasarkan data BPS, hanya ada penambahan 255 SMA negeri baru dalam 5 tahun terakhir.
swipe

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyoroti minimnya penambahan jumlah sekolah menengah atas (SMA) negeri se-Indonesia dari tahun ke tahun. Hal ini disebut menjadi salah satu pangkal masalah polemik penerimaan peserta didik baru (PPDB).

"Pertambahannya dari tahun ke tahun sangat minim sehingga tidak mampu menampung jumlah calon peserta didik baru (CPDB) yang mau masuk ke negeri. Otomatis, fenomena bottleneck akan selalu memicu kisruh [PPDB] setiap tahun," ujar Ketua PSI, Furqan AMC, dalam keterangannya, Senin (24/7).

Dicontohkannya dengan Jawa Timur (Jatim). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ungkapnya, tidak ada SMA negeri baru sejak Khofifah Indar Parawansa menjadi gubernur.

"Dari awal Khafifah dilantik menjadi Gubernur tahun 2019 sampai sekarang, jumlah SMA negeri di Jawa Timur stagnan di angka 423 unit. Kondisi serupa juga terjadi di Provinsi DIY yang dipimpin Gubernur Hamengkubuwono X. Jumlah SMA negeri di DIY stagnan di angka 69 unit selama 5 tahun terakhir," tuturnya.  

"Sementara itu, 5 tahun terakhir di Provinsi Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo hanya membangun 1 SMA negeri baru. Total SMA negeri di Jawa Tengah tahun ajaran 2022/2023 sejumlah 361 unit. Namun, jumlah ini kurang 1 unit dibandingkan akhir masa pemerintahan Ganjar Pranowo di periode pertama, yakni 362 unit," imbuhnya.

Hal berbeda di Jawa Barat. Furqan menyampaikan, ada penambahan 19 SMA negeri di "Negeri Pasundan" sejak Ridwan Kamil memimpin.

"Di Provinsi Jawa Barat, awal Ridwan Kamil dilantik jadi gubernur, jumlah SMA Negeri 495 Unit. Di akhir masa pemerintahannya tahun 2023 ini total SMA 514 unit," katanya.

"Adapun di DKI Jakarta pada akhir pemerintahan Anis Baswedan, jumlah SMA Negeri 117 unit. Padahal, tahun ajaran 2017-2018 jumlah SMA negeri di DKI Jakarta ada 124 unit," sambungnya.

Berdasarkan data BPS, hanya ada penambahan 255 SMA negeri baru dalam 5 tahun terakhir. Furqan berpendapat, minimnya pertumbuhan jumlah SMA negeri membuat daya tampung CPDB terbatas.

Dicontohkannya dengan Jakarta, di mana daya tampung SMA 2023 hanya 28.000 kursi, sedangkan daya tampung SMK negeri 19.000 kursi. Padahal, perkiraan jumlah murid baru mencapai 139.000 siswa.

"Jelas saja terjadi kisruh pada saat penerimaan peserta didik baru karena fenomena bottleneck. Jumlah calon peserta didik baru tidak sebanding dengan daya tampung sekolah negeri," ucap Furqan.

img
Fatah Hidayat Sidiq
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan