close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi penangkapan tersangka narkoba. Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi penangkapan tersangka narkoba. Foto Pixabay.
Nasional
Senin, 26 Oktober 2020 08:19

Psikolog: Polisi gunakan narkoba agar bisa selesaikan tugas

Jumlah polisi pemakai dan penjual narkoba sangat tergantung wilayah dan waktunya.
swipe

Oknum polisi ditangkap Direktorat Reserse Narkoba Polda Riau karena terlibat penyelundupan 16 kilogram sabu. Jika benar penyalahgunaan, maka pelaku harus dihukum.

Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menilai, alasan utama oknum polisi menjadi pengguna atau pengedar narkoba, karena kerakusan dan keinginan memperkaya diri sendiri lewat cara jahat.

“Tampaknya motifnya semata-mata adalah ekonomi,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Senin (26/10).

Dari segi psikologis, telah banyak studi menyatakan menggeluti pekerjaan sebagai polisi, apalagi reskrim tergolong sangat berat. Tekanan masyarakat, intervensi politik, tuntutan organisasi, beban penuntasan kasus, kejahatan yang semakin kompleks, hingga masalah pribadi, bakal menguras stamina. Padahal, stamina seseorang terbatas dan kesehatan jiwanya juga rentan terganggu.

“Tugas-tugas harus dituntaskan dalam waktu yang juga terbatas. Nah, apa barang yang bisa mendongkrak stamina dalam tempo cepat dan memperbaiki suasana hati? Narkoba. Jadi ironis memang, polisi bisa saja melarikan diri ke narkoba agar bisa menyelesaikan tugas dan menyesuaikan diri dengan segala kompleksitas tadi,” tutur Reza.

Di sisi lain, pentingnya polri melakukan penataan tugas dan perhatian terhadap kesehatan personal dengan menggerakkan peran organisasi secara keseluruhan.

Menurut Reza, jumlah polisi pemakai dan penjual narkoba sangat tergantung wilayah dan waktunya. Namun, kasus polisi penjual narkoba memang lebih banyak daripada pemakai.

Polisi penjual narkoba, bisa juga disebut sebagai bentuk korupsi polisi yang berkaitan dengan narkoba atau drug-related corruption. Skandal kejahatan dalam tubuh kepolisian memang perlu dibongkar dan diekspos.

Pengungkapan kasus kejahatan di lingkungan Polri bisa jadi prestasi, karena kecenderungan aparat penegak hukum untuk menutup-nutupi kesalahan atau penyimpangan oleh sejawat. Namun, pengungkapan hal yang sejatinya memalukan bagi Polri tersebut, berpotensi menumbuhkan kepercayaan dan penghormatan publik terhadap institusi kepolisian.

“Kalau perlu, dihitung-hitung berapa nilai kerugian yang diakibatkan oleh skandal polisi menjadi drug dealer (atau bahkan drug trafficker). Penghitungan ini dibutuhkan agar kepada lembaga terpampang angka kerugian nyata yang sepatutnya dikompensasi oleh negara kepada masyarakat selaku pembayar pajak,” ujar Reza.

Sebelumnya (23/10), Direktorat Reserse Narkoba Polda Riau menangkap oknum polisi berinisial IZ (55) yang berpangkat komisaris polisi (Kompol). IZ menjabat sebagai kepala seksi identifikasi Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Riau. IZ ditangkap di Jalan Soekarno Hatta/Arengka 1, Pekan Baru Riau, dengan luka tembak di bagian lengan atas dan terpapar proyektil peluru yang bersarang di punggungnya. Polisi melumpuhkan IZ dengan timah panas saat proses penangkapan.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan