Sel-sel jaringan Al Jamaah Al Islamiyah atau Jamaah Islamiyah (JI) ternyata masih bergerak di bawah pimpinan Para Wijayanto (PW). Ia bahkan sudah berhasil melakukan enam kali perekrutan anggota baru.
Kepala Biro Penerangan Masyarakata Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, Para juga telah mengirim rekrutan barunya ke Suriah. Mereka dikirim ke Suriah dalam enam gelombang, untuk mendapatkan pelatihan.
“Sebagian besar dari enam gelombang yang diberangkatkan ke Suriah dan kembali ke Indonesia pada Mei lalu sudah berhasil ditangkap. Mereka yang menyusup di jaringan Jateng dan Jatim,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Humas Polri, Jakarta, Senin (1/7).
JI sebenarnya telah dibekukan dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang menyatakan organisasi tersebut sebagai organisasi terlarang pada 21 April 2008 lalu. Namun menurut Dedi, Para kembali membangun jaringan teroris yang pernah aktif melakukan berbagai aksi teror di Indonesia hampir dua dekade lalu.
Meski kalah pamor dari organisasi teroris kekinian seperti Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Dedi mengatakan JI masih aktif melakukan aksi terorisme. Hanya saja, berbagai aksi yang dilakukan memang tak menunjukkan identitas JI.
“Tersangka PW bersama jaringan terorismenya di Indonesia juga melakukan aksi terorisme internasional dengan menggunakan bendera Al-Qaeda,” ujarnya.
Dari hasil pemeriksaan sementara, upaya Para ini mendapat dukungan dana yang mencukupi. Di bawah kepemimpinan Para, JI memiliki perkebunan sawit untuk menggerakkan roda organisasi. Para pengikut Para bahkan mampu menggaji bawahan mereka hingga belasan juta rupiah.
“Masih didalami, pejabat-pejabat di dalam kelompok ini digaji antara Rp10-Rp15 juta,” ucap Dedi.
Perkebunan kelapa sawit yang menjadi sumber dana JI berada di daerah Sumatera dan Kalimantan. Dari sana lah pundi-pundi ekonomi untuk membangun negara khilafah dialirkan.