Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab menegaskan, revolusi akhlak bukan suatu gerakan pemberontakan, atau tindakan makar. Pasalnya, revolusi akhlak turut digerakkan oleh para ulama dan para habib.
"Kami ini, para habaib yang berakidah sunnah wal jamaah, kami ini di didik guru-guru kami. Kami dididik dengan ahli sunnah wal jamaah. Kami tidak boleh lakukan pemberontakan terhadap pemerintah yang sah," ujar Rizieq, saat berbicara dalam acara Reuni 212, yang disiarkan secara daring, Rabu (2/12).
Baginya, para ulama dan habib tetap mengakui pemerintahan yang sah meski tidak disukai oleh masyarakat. Namun, dirinya harus bersikap objektif dalam menilai sikap akan kebijakan pemerintah.
"Apakah kebijakannya bagus, baik. Harus kita apresiasi. Kita terima, kita jalankan bersama. Adapun kebijakan yang tidak populer, kebijakan yang membahayakan rakyat dan negara, kebijakan yang menindas rakyat ya kita kritisi," tegas dia.
"Nah mengkritik pemerintah yang sah itu bukan makar. Mengkritik pemerintah yang sah, itu bukan pemberontakan," imbuh Rizieq.
Dia menekankan, para ulama dan habib mempunyai kewajiban untuk berdakwah, dan mengajak orang untuk berbuat baik termasuk para penguasa, dan pemerintah.
Karena itu, dia menegaskan, revolusi akhlak tidak diartikan sebagai gerakan makar atau pemberontakan.
"Sekali lagi kita ingatkan, revolusi akhlak jangan digambarkan revolusi berdarah-darah, revolusi makar, revolusi pemberontakan, revolusi menjatuhkan pemerintah yang sah, tidak begitu," tegasnya.
Untuk diketahui, acara Reuni 212 kali ini digelar secara virtual dan disiarkan di Youtube. Hadir pula di acara tersebut sejumlah tokoh di antaranya Yusuf Martak, Slamet Maarif, Rocky Gerung, Refly Harun, Ahmad Dhani hingga Felix Siauw.