close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto: Pixabay
icon caption
Foto: Pixabay
Nasional
Rabu, 23 Agustus 2023 13:22

RSUP Persahabatan ungkap kuman polusi udara PM2,5 kebal antibiotik

Pada tahun 2050, kekebalan kuman terhadap antibiotik dapat berkurang hingga 16,8%.
swipe

RSUP Persahabatan menguraikan hubungan antara polusi udara PM2,5 dengan resistensi antibiotik (kekebalan terhadap antibiotik) dalam isu polusi udara di Jakarta. Pada penelitian tahun ini dilakukan analisis kepada univariat dan multivariat terhadap 11,5 juta kuman yang diisolasi.

Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, dr. Feni Fitriani Taufik mengatakan, analisis ini menunjukan ada 9 jenis kuman patogen (penyebab sakit) yang diuji menggunakan 43 antibiotik. Hasilnya, langsung terlihat kaitan PM2,5 dan kekebalan antibiotik di sekitar kita.

“Ini berkaitan perkiraan 0,48 juta kematian dini,” kata Feni dalam siaran daring, Rabu (23/8).

Maka dari itu, kata Feni, bila PM2,5 ini diturunkan menurut standar World Health Organization (WHO) tahun 2021. Yakni sebesar 5 mikrogram per meter kubik.

Pada tahun 2050, kekebalan kuman terhadap antibiotik dapat berkurang hingga 16,8%. Bahkan mencegah kematian dini akibat kekebalan kuman terhadap antibiotik ini sebesar 23,4%.

“Mengurangi pembiayaan hingga US$640 miliar,” ujarnya.

Perlu diketahui Partikulat (PM2.5) adalah Partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). Nilai Ambang Batas (NAB) adalah Batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien. NAB PM2.5 = 65 µgram/m3.

Berbagai material yang terkandung dalam PM2,5 ini dapat menyebabkan berbagai gangguan saluran pernafasan seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), kanker paru- paru, kardiovaskular, kematian dini, dan penyakit paru-paru obstruktif kronis.

PM memiliki ukuran yaitu berukuran kurang dari 100 µm, namun berdasarkan studi epidemiologi PM2,5 lebih berbahaya dari PM10 dan TSP, karena dapat menyusup jauh dalam area alveoli paru-paru manusia.

“Masuk ke cabang bronkus utama. Lebih kecil lagi dibanding sel darah merah kita,” ucapnya.

Badan kesehatan dunia PBB (WHO) menganjurkan paparan tahunan dibatasi hingga 20 mikrogram per meter kubik bagi PM 10 dan 10 mikrogram per meter kubik bagi PM2,5. Ironisnya, Jakarta mencatatkan konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) sebesar 72,8 mikrogram per meter kubik (μg/m³)

PM 2.5 bisa meningkat karena udara panas, kebakaran, dan polusi lingkungan. Menurut WHO, Berbagai material yang terkandung dalam PM2,5 ini dapat menyebabkan berbagai gangguan saluran pernafasan seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), kanker paru- paru, kardiovaskular, kematian dini, dan penyakit paru-paru obstruktif kronis.

Mengutip dari Epa.gov, jika dilihat dengan mata telanjang, PM 2.5 terlihat gelap dan kabur. Partikel satu ini bisa dilihat jelas jika memakai mikroskop elektron. PM.25 sendiri terbentuk dan terdiri dari ratusan bahan kimia berbeda.

PM 2.5 dibentuk di atmosfer karena reaksi bahan kimia seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Polutan ini terbentuk dari pembuangan pembangkit listrik, industri, dan mobil. PM juga dipancarkan langsung dari ladang, cerobong asap, dan pembuatan jalan memakai aspal.

Tak disangka, polutan PM 2,5 yang berukuran 2,5 mikrometer menjadi penyebab satu dari 10 penyakit besar yang dibiayai JKN dan menghabiskan anggaran negara Rp10 triliun.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan