Menyambut perayaan Imlek atau Sin Cia yang jatuh pada 5 Februari 2019, Wihara Dharma Bhakti atau Wihara Kim Tek Ie yang berlokasi di Jalan Kemenangan III Petak Sembilan, Glodok, Jakarta mulai berbenah.
Staf pengurus Wihara Dharma Bhakti Zhaky Sundoro Aggie mengatakan, telah mempersiapkan 30 pekerja dan lima tambahan freelance untuk menyambut perayaan Imlek. Nantinya para pekerja itu akan membantu para jemaat menuhi kebutuhan sembahyang di klenteng tersebut.
"Kami sediakan minyak, dupa dan 'uang kertas' atau kim chua secara gratis. Pekerja wihara juga nantinya akan keliling saat perayaan (Imlek) untuk membersihkan abu dan mengambil dupa untuk di letakkan di tempat pembakaran. Serta membantu para jemaat yang membutuhkan sesuatu," kata Zacky saat di temui repoter Alinea.id di Wihara Kim Tek Ie, Sabtu (2/2).
Zacky memprediksi, akan ada 7.000 jemaat yang bersembahyang di klenteng tertua yang ada di Jakarta ini. "Tahun lalu ada 5.000 jemaat, Imlek tahun ini diperkirakan melonjak," katanya.
Menariknya, jemaat yang sembahyang di wihara tersebut, juga ada yang berasal dari mancanegara, seperti India, Taiwan, China dan Inggris.
Di Wihara Dharma Bhakti terdapat 27 patung atau dewa. Patung tersebut terletak di depan hingga memutar membentuk leter U. Patung tertua di wihara ini dibuat sejak 1650, yakni patung Dewi Kwan Im.
Pada saat sembahyang Imlek, jemaat akan mengambil 27 dupa, minyak dan 'uang kertas'. Mereka akan berputar dan menancapkan satu dupa di setiap patung. Hingga akhirnya membakar 'uang kertas' di tempat pembakaran. Uang kertas ini sebagai simbol memberikan persembahan uang kepada dewa.
"Dupa-dupa tersebut digunakan sebagai media berdoa ke dewa dalam wujud patung yang dipercayai ada nyawanya. Selanjutnya memasang sepasang lilin berwarna merah, gula-gula, serta menambah minyak di lampu lentera. Penambahan minyak ini diyakini sebagai penambahan rejeki atau keberuntungan bagi si pemberi," jelasnya.
Selesai melakukan pembakaran dupa ke masing-masing patung dewa, jemaat biasa melakukan ritual Tiam Si atau mengocok sumpit bambu yang telah diberi nomor. Nantinya, nomer yang ada di kayu bambu tersebut akan dicocokkan dengan kertas semacam fortune teller.
Menurut pantauan reporter Alinea.id, banyak sekali lilin merah besar yang ada di dalam wihara ini. Lilin tersebut mempunyai ukuran berbeda dan tertulis nama di lilinya.
Lilin tersebut merupakan pesanan para jemaat. "Mereka (jemaat) pasang lilin tersebut, agar jalan mereka menuju nirwana supaya terang. Besar kecilnya ukuran tidak ada makna tertentu, hanya bagaimana saja kemampuan mereka untuk membeli," jelas Zacky.
Sudah ada 80 lilin yang di pesan dnegan beragam ukuran. "Sebenarnya maksimal hanya 50 lilin, tapi tahun ini maksimal 80. Kami membatasi untuk keamanan klenteng juga takut kejadian seperti sebelumnya," jelasnya.
Harga lilin bervariasi. Lilin terkecil dengan ukuran 1 kati (1 kati = 0,6kg) dibandrol harga Rp1,7 juta. Sedangkan lilin terbesar memiliki ukuran 1.000 kati dengan harga Rp14 juta.
Zhaky menjelaskan sudah berkoordinasi dengan petugas keamanan setempat kepolisian dan bintara pembina desa (Babinsa) serta warga setempat yang akan membantu menjaga situasi dan kondisi agar perayaan Imlek berjalan dengan kondusif.
Salah satu pengunjung Wihara Kristian (43), mengaku sering sembahyang di wihara ini karena dekat dengan rumahnya.
"Memohon ampun dan pertolongan. Semoga Imlek tahun ini diberi kesehatan dan kebahagiaan untuk keluarga, damai untuk semua," katanya.
Saat sembahyang, Kristian menggenggam air mineral yang diputarkan di atas asap dupa yang dibakar. Secara bergantian, ia kembali menggenggam dompetnya dan memutarkan kembali di atas asap.
"Ya, air mineral seperti memohon kesehatan. Obat untuk segala penyakit. Kalau dompet ya sebagai tanda memohon rezeki dilancarkan. Setiap individu punya permohonan masing-masing," jelas dia.
Pekerja wihara
Salah satu pekerja Wihara Dharma Bhakti Alim (83 tahun), mengaku telah bekerja selama 30 tahun di wihara ini. Dia merupakan pekerja tertua yang ada di wihara.
Menurutnya membantu para jemaat untuk beribadah juga suatu hal yang baik. Meski dirinya tidak merayakan Imlek.
Ia mengaku tak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan di usianya yang sudah tua. Sehingga ia memilih bekerja di wihara ini dari pukul 06.00 hingga 17.00.
"Kerjanya mengelap patung, menggantikan baju patung dan apapun yang bisa saya kerjakan," katanya.
Saat Imlek, wihara sangat ramai dan sesak sehingga membuatnya untuk bekerja lebih ekstra.
"40 jam nonstop, nanti gantian berapa jam buat tidur terus kerja lagi. Bersihin dupa dan abu agar jemaat khusuk sembayangnya," kata dia.
Pekerja lain, Dayat (50 tahun) mengaku seudah bekerja di wihara ini selama 19 tahun. Tidak ada yang berbeda dengan persiapan Imlek tahun.
"Imlek tahun ini jatuh pada 5 Februari 2019, sejak 29 Januari kami pekerja memandikan patung dengan air kembang tujuh rupa dan menggantikan baju," kata dia.
Pekerja asal Bogor ini menyebut pekerjaannya mudah namun sedikit melelahkan. Hanya saja, ia selalu senang dengan pekerjaan ini karena bisa menghidupi keluarga.
"Istri satu anak lima. Empat sudah berkeluarga, sisa satu masi SMA. Gaji saya Rp3 juta/bulan, alhamdulillah cukup," jelas dia.
Ia berharap Imlek tahun ini semua keluarga bisa berkumpul dan merayakan bersama.