Pernyataan Koodinator Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), Kaharuddin, menjadi sorotan karena menyebut adanya kebebasan di era pemerintahan Orde Baru. Hal itu disampaikan Kaharuddin dalam dialog interaktif di sebuah stasiun televisi swasta dengan anggota Komisi III DPR, Masinton Pasaribu.
Kaharuddin membandingkan kondisi kebebasan dan kesejahteraan di tiga orde, yakni Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Menurutnya, dibanding dua era sebelumnya, justru pada era Reformasi hari ini, masyarakat masih tak mendapat kesejahteraan maupun kebebasan.
"Orde Baru kita peroleh kebebasan, kesejahteraan kita punya. Hari ini yang ingin kita tanyakan adalah apakah kita punya kesejahteraan, apakah kita peroleh kebebasan?" ucap Kahar dalam video yang beredar di media sosial.
Pernyataan Kaharuddin pun viral di media sosial pada Minggu (17/4). Ia menjadi bulan-bulanan warganet dengan kritik pedas minimnya literasi Ketua BEM SI lantaran mengeluarkan pernyataan yang tak berbasis fakta dan data.
Mendapat banjiran kritik, Kaharuddin kemudian memberikan klarifikasi. Melalui akun Twitter pribadinya, Kaharuddin mengaku bahwa rakyat mendapat kesejahteraan di masa Orba, namun tidak dengan kebebasan.
"Koreksi dari Ketua BEM SI: Orde Baru kita dapat kesejahteraan, tapi tanpa kebebasan dan keadilan. Panjang nafas perjuangan," katanya sebagaimana dikutip pada Senin (18/4).
Lebih lanjut, dia menerangkan, di masa Orde Lama, masyarakat relatif mendapat kebebasan, namun tidak dengan kesejahteraan. Menurut dia, era Reformasi harusnya menjadi simpul dari dua orde sebelumnya, di mana masyarakat sudah selayaknya mendapat kesejahteraan dan kebebasan.
"Reformasi harusnya menjadi sintesa dari Orde Lama dan Orde Baru, yaitu mendapatkan kesejahteraan dan kebebasan, karena itulah cita-cita dan semangat dari reformasi," tutur Kahar.
Koordinator Media BEM SI, Luhtfi Yufrizal menyebut, pernyataan Kaharuddin merupakan sikap pribadi yang bersangkutan, bukan sikap organisasi BEM SI. Menurutnya, pernyataan Kaharuddin seharusnya diperkuat dengan data.
"Jadi terkait dengan yang kemarin itu istilahnya pelajaran buat kita semua. jadi apapun yang ingin sampaikan tidak ada salah-salah data," ucap Luthfi kepada wartawan.