Selain internet, akses komunikasi di Kota Jayapura, Papua, berupa layanan telepon dan pesan singkat atau Short Message Service (SMS) dimatikan oleh pemerintah. Penghentian layanan tersebut dihentikan sejak pukul 15.30 WIT ketika massa berunjuk rasa mulai menuju arah Kantor Gubernur Dok II Jayapura.
Berdasarkan pantauan wartawan Antara di Jayapura, Papua, pada Kamis (29/8), setelah akses internet diblokir selama kurang lebih dua minggu, kini akses komunikasi lainnya juga tidak dapat digunakan. Subarna, salah satu warga Jayapura merasa gelisah karena tidak dapat menghubungi keluarga di rumah untuk mengecek situasi.
“Saya telpon berulang-ulang tapi tidak bisa, saya khawatir dengan keluarga. Jangan sampai masih ada yang di jalan," kata dia di Jayapura, Papua pada Kamis (29/8).
Tak hanya Subarna, warga bernama Markus juga merasakan hal yang sama. Markus mengatakan setelah dipulangkan lebih awal oleh kantornya, dirinya juga agak takut untuk melewati rute jalan yang dilewati oleh massa pengunjuk rasa.
"Infonya di Abepura sudah rusuh karena ada aksi pembakaran, makanya kami yang bekerja di perbankan dipulangkan lebih awal," kata Markus.
Berdasarkan informasi di lapangan, massa yang bergerak dengan berjalan kaki melempari setiap bangunan yang dilewatinya. Sedangkan massa yang menggunakan kendaraan bermotor bergerak membawa bendera-bendera yang dikibarkan.
Aksi demonstrasi yang digelar Kamis (29/8) membuat situasi kota Jayapura dan sekitarnya mencekam, serta aktifitas masyarakat lumpuh. Sejumlah pertokoan dan perkantoran sejak pukul 12.30 WIT tampak tutup, termasuk Mal Jayapura yang merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Jayapura.
Di beberapa lokasi, tampak massa berkelompok dan melakukan orasi seperti di Jalan Irian yang berada di pusat kota. Massa yang berjumlah sekitar 50 orang itu melakukan orasi. Sedangkan aparat keamanan bersiaga di sekitarnya.
Beberapa sekolah juga memulangkan siswa-siswinya sejak pukul 09.30 WIT. Aparat TNI dan Polri tampak berjaga-jaga di sejumlah kawasan. Sedangkan massa pedemo dilaporkan masih berjalan kaki dari sejumlah wilayah termasuk dari Sentani yang saat ini sudah berada di Waena.
Angkutan kota pun banyak yang memilih tidak beroperasi. “Memang kami sengaja tidak beroperasi guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," kata Supri, salah satu supir angkot jurusan Entrop-Pasir Dua itu. (Ant)