Urban farming atau pertanian perkotaan kini semakin digemari. Aktivitas ini kembali menggeliat ketika pandemi Covid-19 merebak. Aktivitas tersebut juga dapat memberikan manfaat baik bagi kesehatan dan juga lingkungan sekitar.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyampaikan, selama kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan di ibu kota banyak masyarakat yang mulai melakukan urban farming.
Kepala Bidang Pertanian Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (DKPKP) Pemprov DKI, Mujiati menerangkan, pihaknya rutin memberikan pelatihan kepada warga mengenai urban farming.
Dia menyebut, saat ini tercatat ada 600 gang hijau, 300 karang taruna, ibu-ibu PKK, dan 500 ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) di Jakarta sudah melakukan urban farming.
"Jadi, taman-taman yang dulunya digunakan untuk tanaman hias sebaiknya dialihkan ke tanaman sayuran," kata Mujiati di Jakarta, Selasa (16/6).
Mujiati menerangkan, urban farming memiliki banyak keuntungan. Salah satunya, dapat dilakukan di mana saja tanpa harus menggunakan banyak lahan.
"Bisa di halaman, bisa di atap. Kemarin, di Jakarta Barat, di atas masjid, di Tebet juga di atap masjid. Kemudian, ada yang di gang, ada yang di depan rumah, ada yang di sekolah, SMA 70 juga ikut nanam," urai dia,
Tak hanya itu, keuntungan lainnya adalah panen yang dihasilkan lebih sehat dan segar lantaran ditanam sendiri dan tidak menggunakan pestisida. Menurutnya, yang paling banyak ditanam oleh warga Jakarta adalah tanaman jenis sayuran.
"Ada bayam, kangkung, dan sawi. Kami memang minta dukungan ke pemerintah pusat untuk bantuan benihnya," tandasnya.