Sejumlah warga di Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten terpaksa harus mengungsi lantaran pasca tsunami desa mereka dilanda banjir setinggi pinggang orang dewasa. Banjir yang terjadi di Kecamatan Labuan akibat Sungai Cipunten meluap setelah diguyur hujan deras.
“Iya banjir lagi di Labuan tingginya sekitaran pinggang pria dewasa,” kata warga setempat bernama Marlin saat ditemui di Pandeglang, Banten, pada Selasa (1/1).
Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu daerah yang terdampak tsunami di Selat Sunda pada Sabtu, (22/12). Banjir yang melanda Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten, dipicu karena hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak Senin malam (31/12). Menurut warga, banjir tersebut mulai naik sekitar pukul 21.00 WIB.
Banjir yang menerjang Labuan, Pandeglang kali ini merupakan peristiwa yang kedua kalinya pasca terjadinya tsunami yang melanda Desa Teluk. Adapun banjir yang pertama karena hal serupa terjadi pada Minggu (23/12). Saat itu, selain di Desa Teluk, banjir paling parah juga terjadi di Desa Kalanganyar. Sekitar 1.014 rumah warga yang sebelumnya dihantam tsunami kini direndam banjir.
Sebelumnya, pada malam pergantian tahun baru suasana sepi menyelimuti di Pantai Carita dan Pantai Anyer pasca bencana tsunami menerjang Pesisir Banten. Minat wisatawan untuk menghabiskan malam pergantian tahun baru di sepanjang Pantai Anyer hingga Carita jauh berkurang. Bahkan tak ada aktivitas apapun di sekitar pantai dan hotel.
Malam pergantian tahun 2019 pun tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Suara terompet dan kembang api tidak menghiasi langit pesisir pantai di Banten. Lalu lintas di jalur wisata Anyer-Carita lengang. Hanya satu dua kendaraan yang melintas di jalur tersebut.
Supandi (50) salah satu warga Carita, Kabupaten Pandeglang, mengatakan warga di sekitaran pantai memilih mengungsi ke dataran lebih tinggi untuk menghindari terjadinya bencana tsunami susulan. Terlebih, sebelumnya juga sudah ada imbauan dari berbagai pihak untuk menjauhi bibir pantai. Karenanya, membuat masyarakat memilih menghabiskan malam tahun baru di tempat pengungsian.
"Warga masih pada ngungsi karena trauma takut ada tsunami lagi, ditambah malam ini hujan deras gak berhenti-berhenti," kata Supandi.