Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo (Bamsoet) memandang Perang antara Rusia dan Ukraina akan segera berakhir. Hal ini tertuang dalam pidato sidang tahunan MPR RI, Rabu (16/8).
Bamsoet mengatakan, perang ini sempat menunjukan bahwa perdamaian masih menjadi konsep yang menggantung di awang-awang. Keberpihakan entitas global kepada masing-masing pihak dengan berbagai latar belakangnya, tidak menafikkan fakta bahwa perang, apapun alasannya, hanya akan menyisakan trauma dan bekas luka.
“Situasi dunia saat ini masih diliputi oleh ketegangan akibat Perang Rusia-Ukraina, yang hingga hari ini belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir,” kata Bamsoet di Kompleks Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8).
Krisis Ukraina, kata Bamsoet, telah menunjukkan secara gamblang kepada dunia tentang cara pandang para pemimpin dunia di tengah peta kekuatan global yang multipolar. Cara ini seringkali mementingkan motif politik dan ekonomi, dibandingkan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.
Padahal, Presiden Joko Widodo telah berulang kali berupaya memberikan solusi perdamaian permanen, dengan mendorong gencatan senjata dan diplomasi di meja perundingan. Namun inisiatif ini agaknya masih membutuhkan waktu untuk diterima para pihak yang berkonflik.
“Situasi perang Rusia-Ukraina mengisyaratkan, bahwa pertahanan dan keamanan negara haruslah dimaknai sebagai sebuah konsep yang holistik dan multidimensional,” ujarnya.
Maka dari itu, ia merasa Indonesia perlu memiliki kemampuan militer yang tangguh dan profesional. Selain itu, pertahanan dan keamanan negara juga meliputi dimensi ekonomi pun diperlukan.
Apalagi, Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumberdaya, maka harus membangun ketahanan dan kemandirian ekonomi, yang ditopang oleh kedaulatan pangan, energi, dan industri.
Tidak lupa, sebagai bagian dari komunitas global, Indonesia perlu lebih meningkatkan peran politik luar negeri yang bebas aktif, bergaul erat dengan semua negara bangsa, tanpa perlu berpihak pada salah satunya.
“Kita menyadari, bahwa dalam 20 tahun terakhir, dinamika geopolitik dunia telah mengalami perubahan yang signifikan,” ucapnya.
Menurutnya, hal tersebut bisa terjadi karena dalam tingkat kompetisi global, terjadi pergeseran keseimbangan kekuatan di arena geopolitik. Bahkan, ada perluasan pengaruh ekonomi dan militer beberapa negara.
Sementara, di tingkat kompetisi regional, pada berbagai wilayah geopolitik, terjadi peningkatan kompetisi antar negara untuk mempengaruhi dan mengamankan minat mereka sendiri. Ini mencerminkan persaingan politik dan ekonomi yang kompleks.
Namun, di sisi yang lain, aliansi dan kemitraan geopolitik juga telah mengalami perubahan. Beberapa negara telah memperkuat hubungan mereka melalui aliansi yang telah mapan.
Sementara itu, dengan meningkatnya ketegangan dan pergeseran kepentingan strategis, beberapa negara mengubah orientasi kebijakan luar negeri mereka dan mencari kemitraan yang baru.
“Di tengah globalisasi dan kemajuan teknologi, rivalitas geo-ekonomi menjadi semakin penting. Persaingan perdagangan, akses sumber daya alam, investasi asing langsung, dan ketergantungan ekonomi antara negara-negara menjadi faktor penting dalam dinamika geopolitik,” katanya menjelaskan.