close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Arsip Foto. Erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari KRI Torani 860 saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa (1/1/2019). Foto Antara/Sigid Kurniawan.
icon caption
Arsip Foto. Erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari KRI Torani 860 saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa (1/1/2019). Foto Antara/Sigid Kurniawan.
Nasional
Sabtu, 11 April 2020 07:29

Sumber suara dentuman dini hari belum diketahui

BMKG menyatakan sumber suara dentuman bukan berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.
swipe

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut suara dentuman yang ramai dibahas di media sosial bukan berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

"Saya sudah konfirmasi petugas pos pengamatan, mereka tidak mendengar karena letusannya juga kecil," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Hendra Gunawan dihubungi di Jakarta, Sabtu (11/4).

Menurut dia, erupsi gunung yang terletak di Selat Sunda dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung itu hanya mengeluarkan semburan ketinggian berkisar 500 meter.

Ia menyebut letusan yang terjadi pada Jumat (10/4) malam juga bukan merupakan letusan eksplosif dan hanya semburan.

"Biasanya dalam jarak dua kilometer, kedengaran hanya suara desis saja," ujarnya pula.

Sebelumnya, setelah Gunung Anak Krakatau erupsi, warganet ramai membahas suara dentuman di media sosial yang mereka duga ada hubungannya dengan erupsi tersebut.

Hingga Sabtu pagi, tagar dentuman dicuitkan ribuan kali oleh warganet dan menduduki trending Indonesia nomor dua di twitter.

Namun demikian, BMKG juga belum mengetahui sumber dentuman yang terdengar dari Jakarta, Depok, hingga Bogor tersebut.

Erupsi Krakatau

Sebelumnya, memang terjadi erupsi Krakatau. Gunung Anak Krakatau erupsi dengan menyemburkan abu vulkanik sekitar 657 meter di atas permukaan laut pukul 22.35 WIB, pada Jumat (10/4).

Berdasarkan data PVMBG melalui aplikasi Magma Indonesia, Kementerian ESDM, yang dikutip di Jakarta, Sabtu, erupsi tersebut terekam dalam seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm.

Aplikasi Magma Indonesia, magma.vsi.esdm.id itu juga menyebutkan aktivitas seismik ditandai dengan erupsi tremor yang terjadi terus menerus.

Berdasarkan pantauan kamera pengawas atau CCTV pada pos pemantauan Gunung Anak Krakatau, abu vulkanik berwarna hitam dan abu-abu itu bergerak ke arah timur dengan ketinggian sekitar 500 meter dari dasar kawah.

PVMBG menyebutkan tingkat aktivitas gunung yang terletak di Selat Sunda itu berada pada level II atau waspada.

PVMBG mengimbau masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius dua kilometer dari kawah. (Ant)

img
Laila Ramdhini
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan