close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Tumpahan minyak / Shutterstock
icon caption
Ilustrasi Tumpahan minyak / Shutterstock
Nasional
Selasa, 03 April 2018 09:53

KLHK masih mencari sumber tumpahan minyak di Balikpapan

Setiap minyak memiliki finger print atau sidik jari. Sehingga bisa diketahui minyak dari sumur mana. 
swipe

Tim Ditjen Penegakan Hukum Lingkungan dan Kehutanan (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencari sidik jari guna mengetahui asal tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim). Pencarian ini guna mengetahui sumber minyak. 

Dirjen Penegakan Hukum Lingkungan dan Kehutanan KLHK Rasio Ridho Sani menjelaskan bahwa setiap minyak memiliki finger print atau sidik jari. Sehingga bisa diketahui minyak dari sumur mana. 

"Kami sudah ambil sampel tumpahan minyaknya. Sekarang masih dianalisis untuk tahu asalnya dari sumur minyak yang mana," kata Rasio pada Selasa (4/3) seperti dikutip Antara.  

Apabila telah diketahui asal sumur minyak, maka akan mudah untuk mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab atas tumpahan minyak di Teluk Balikpapan yang terjadi sejak Sabtu (31/3). Seharusnya, mitigasi pencemaran tumpahan minyak sudah dilakukan sejak awal dengan teknik oil boom oleh PT Pertamina (Persero) bersama aparat dan dinas terkait di Balikpapan untuk menghindarinya semakin meluas. 

Namun hujan dan angin memungkinkan tumpahan menyebar lebih luas. Sedangkan langkah pemulihan kondisi lingkungan secara keseluruhannya, setelah mengetahui siapa pemilik tumpahan minyak tersebut.

Sebelumnya, santer diberitakan bahwa dampak tumpahan minyak di area perairan Teluk Balikpapan telah dirasakan warga Kabupaten Penajam Paser Utara. Sedikitnya 1.271 warga dari delapan Rukun Tetangga (RT) di Kelurahan Penajam yang berada di pesisir pantai Kabupaten Penajam Paser Utara terkena dampak dari tumpahan minyak yang terjadi pada Sabtu pagi (31/3).

"Semalam anak saya muntah-muntah dan tidak bisa tidur karena bau minyak yang menyengat," kata Lilis, warga RT 9 Kelurahan Penajam, yang berada di pesisir pantai.

Pada Minggu (1/4), warga juga menemukan seekor pesut (Orcaella brevirostris) terdampar di pantai di belakang Gedung DPRD Balikpapan. Setelah lebih kurang 24 jam peristiwa tumpahan minyak di Teluk Balikpapan.

Pesut betina, usianya kira-kira empat sampai lima tahun. Meskipun kulit pesut menghitam, namun tidak bisa diambil kesimpulan penyebab kematian mamalia ini, kata ahli mamalia laut dari Rare Aquatic Species Indonesia (RASI) Daniella Kreb.

img
Mona Tobing
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan