close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia dan penulis buku Kuasa Uang, Burhanuddin Muhtadi./Dokumentasi Burhanuddin Muhtadi.
icon caption
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia dan penulis buku Kuasa Uang, Burhanuddin Muhtadi./Dokumentasi Burhanuddin Muhtadi.
Nasional
Senin, 11 Juli 2022 16:44

Survei IPI: Kekhawatiran Indonesia gagal seperti Sri Lanka dibuat-buat!

Sejumlah indikator seperti perbaikan ekonomi rumah tangga, kondisi politik nasional, kondisi penegakan hukum menunjukan positif.
swipe

 

Survei Indikator Politik Indonesia (IPI) menyebutkan, kekhawatiran Indonesia akan mengalami situasi krisis seperti Sri Lanka terlalu dibuat-buat. Alasannya, sampai sejauh ini belum ada indikator yang memperlihatkan Indonesia sebagai negara gagal.

Berdasarkan survei IPI yang digelar pada Juni 2022, sejumlah indikator seperti perbaikan ekonomi rumah tangga, kondisi politik nasional, kondisi penegakan hukum dan pemberantasan korupsi menunjukan tren positif.

"Jadi sebenarnya kekhawatiran Indonesia akan menghadapi situasi seperti Sri Lanka itu terlalu dibuat-buat karena bagaimanapun belum ada indikasi Indonesia sebagai negara gagal," kata Direktur Eksekutif IPI Burhanuddin Muhtadi, dalam penyampaian rilis daring, Senin (11/7) .

Meski kondisi ekonomi nasional masih dipersepsikan negatif, namun kondisi ekonomi rumah tangga justru mengalami peningkatan pascapandemi. Berdasarkan survei IPI, dari segi tren, responden yang menyebut ekonomi rumah tangga membaik sebanyak 40,6%, tidak berubah 36,1% dan memburuk 23,3% pada Juni 2022.

Dari segi kondisi politik nasional, mayoritas responden menyatakan kondisi politik dalam keadan sedang yakni sebanyak 41,5%, membaik 31% dan buruk buruk 19,2%.

Kemudian dari kondisi keamanan nasional, meski sempat menurun pada April 2022, namun terjadi tren peningkatan yang signifikan pada Juni 2021 yakni mencapai angka 61,3%. Sedangkan responden yang menyatakan sedang 27,7% dan buruk buruk 10,0%.

Lalu dari segi penegakan korupsi, responden yang menilai baik sedikit lebih tinggi dari yang mengatakan buruk. Sebanyak 34,2% menyatakan baik, buruk 31,5% dan sedang 27,6%.

"Yang paling utama adalah kondisi ekonomi mengalami perbaikan meskpun banyak PR yang dituntaskan pemerintah. Jadi, ekonomi yang mengalami perbaikan pascapandemi itu membuat situasi keamanan lebih stabil. Demikian juga sebaliknya, kalau keamanan nasionla tidak dijaga itu akan menyulitkan recoveri ekonomi," pungkas Burhanuddin Muhtadi.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan