close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terbaru tentang persepsi publik terhadap kasus Kanjuruhan dan penanganan yang dilakukan pemerintah, termasuk Polri. Foto YouTube
icon caption
Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terbaru tentang persepsi publik terhadap kasus Kanjuruhan dan penanganan yang dilakukan pemerintah, termasuk Polri. Foto YouTube
Nasional
Kamis, 20 Oktober 2022 23:09

Survei LSI: Kepolisian semestinya tak menembakkan gas air mata

Mayoritas responden juga mengetahui bahwa FIFA melarang keras penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola (76,4%)
swipe

Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terbaru tentang persepsi publik terhadap kasus Kanjuruhan dan penanganan yang dilakukan pemerintah, termasuk Polri. LSI melakukan survei nasional pada 6-10 Oktober 2022.

Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Dengan teknik RDD sampel sebanyak 1212 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening. Margin of error survei diperkirakan ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan, hampir semua warga tahu tentang tragedi yang terjadi di stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober yang lalu, yaitu 83,6%. 

Di antara yang mengetahui, mayoritas warga juga mengetahui janji Kapolri untuk mengusut tuntas tragedi yang menewaskan ratusan penonton dan suporter tim Arema Malang, yaitu 70% responden. 

"Lebih banyak warga yang percaya bahwa Kepolisian akan mampu mengusut tuntas tragedi tersebut, yaitu 52,5% responden, tetapi tampak sangat besar juga kelompok warga yang menyangsikannya yaitu 42,3% responden," jelas dia, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (20/10).

Sedangkan terkait penembakan gas air mata, 78,8% responden tahu korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan akibat tembakan gas air mata sehingga menimbulkan kepanikan.

“Mayoritas juga setuju kepolisian semestinya tidak menembakkan gas air mata karena menilai aksi tidak anarkis, yakni sebesar 58,9%,” kata dia.

Mayoritas responden (70,9%) juga setuju bahwa seharusnya kepolisian tidak menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton, karena kerusuhan terjadi di lapangan bukan di tribun penonton.

Selain itu, mayoritas responden juga mengetahui bahwa FIFA melarang keras penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola (76,4%). Terlebih menurut mayoritas warga, gas air mata diarahkan ke tribun penonton sementara kerusuhan terjadi di lapangan, (70,9%). Publik juga menilai tindakan apparat Kepolisian dalam menghalau para suporter dan penonton sangat berlebihan, tidak manusiawi (54,1%).

Tragedi Kanjuruhan tampak memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat kepercayaan terhadap kepolisian secara umum. Jika tahu kasus Kanjuruhan, dan tahu Kapolri menjanjikan akan mengusut tuntas, sekitar 51% responden kurang atau tidak percaya terhadap kepolisian, kecuali jika kepolisian dianggap akan mampu mengusut tuntas, tingkat kepercayaannya semakin tinggi.

Sejumlah peristiwa yang banyak diberitakan terkait tragedi Kanjuruhan tampak menekan kepercayaan publik terhadap kepolisian dalam penuntasannya.
 

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan