Isu reshuffle atau perombakan menteri Kabinet Indonesia Maju terus menguat sejak rilisnya video kejengkelan Presiden Joko Widodo dalam Sidang Kabinet Paripurna 18 Juni 2020. Dalam video itu, Jokowi mengancam akan mengganti para pembantunya jika tidak cakap.
Nama Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto muncul sebagai sosok yang dinilai paling layak diganti. Hal itu terungkap dalam survei yang dilakukan Indonesia Political Opinion (IPO) terhadap 1.350 orang, di mana mayoritas responden memilih kedua menteri tersebut.
"Beberapa menteri yang dinilai layak reshuffle justru mereka yang terkenal dekat dengan Presiden Joko Widodo, hal ini menjadi ujian dilematis baginya," jelas Direktur IPO Dedi Kurnia Syah dalam diskusi 'Menanti Perombakan Kabinet' pada Sabtu (4/7).
Yasonna mendapat penilaian 64,1%, sementara Terawan memperoleh 52,4%. Nama lain yang juga muncul adalah Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziah dengan 47,5%, Menteri Agama Fahrul Razy 40,8%, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dengan 36,1%.
"Jangan sampai ada asumsi bahwa karena dekat dengan Presiden Jokowi, mereka merasa aman dari kritik dan koreksi," tutur Dedi.
Menurutnya, jangan sampai publik menganggap persoalan Jokowi melakukan reshuffle malah sebagai sebatas antrean politik.
"Presiden harus membuktikan kalau beliau ingin memperbaiki susunan Kabinet Indonesia Maju agar kinerja semakin baik di masa mendatang. Perlu ditegaskan lagi siapa yang akan diganti dan siapa penggantinya," ujarnya.
Dedi melanjutkan, jika memang benar ingin melakukan reshuffle kabinet, maka Jokowi perlu memilih tokoh-tokoh yang memiliki kapasitas.
"Kalau diganti dengan orang-orang yang itu-itu lagi dari parpol tertentu, itu hanya masalah afiliasi saja, condong ke arah antrean politik," kata dia.
Selain itu, survei IPO juga memaparkan sejumlah tokoh yang masyarakat inginkan untuk kembali masuk jajaran Kabinet Indonesia Maju. Susi Pudjiastuti menempati posisi pertama dengan perolehan 37,2%, disusul oleh Arief Yahya 32,2%, dan Dahlan Iskan dengan 31,4%.
"Tiga tokoh tersebut memiliki rekam jejak yang cukup baik di mata publik sehingga mereka diinginkan untuk kembali masuk dalam jajaran Kabinet Indonesia Maju," jelas Dedi.