Hari pertama pemberlakuan tarif Moda Raya Terpadu (Mass Rapid Transit/MRT) Ratangga Jakarta sepi penumpang meski telah diskon 50%.
PT MRT Jakarta telah resmi memberlakukan tarif Rp14.000 per orang, diskon 50% menjadi Rp7.000 setiap penumpang mulai 1 April 2019. Namun, tampaknya masyarakat belum antusias menggunakan transportasi masal itu.
Dari pengamatan di beberapa stasiun MRT terlihat antusiasme masyarakat tidak sebanyak saat MRT belum dikenakan tarif atau masih gratis.
"Iya lebih sepi soalnya ini kan sekarang yang naik hanya pekerja yang ingin ke kantor, kalau kemarin kan gratis masa percobaan," kata salah satu petugas tiket di Stasiun MRT Dukuh Atas, Senin (1/4).
Petugas keamanan yang berjaga juga mengatakan penumpang MRT pada hari pertama pemberlakuan tarif komersial tidak sebanyak saat masa uji coba.
"Awalnya naik karena ingin mencoba tapi saya terkejut karena ini di luar ekspetasi saya," kata Dina salah satu pengguna MRT Jakarta.
Dina mengatakan menurut pengalamannya, MRT Jakarta saat ini sudah mirip seperti MRT di Jepang.
Dia mengaku puas dengan MRT dan kemungkinan akan beralih dari kendaraan pribadi ke MRT.
Dirinya menghemat waktu 40 menit dari rumahnya di Lebak Bulus hingga Bundaran HI. Dengan mobil pribadi membutuhkan waktu 1 jam, namun dengan MRT hanya 20 menit.
Dia menambahkan tidak keberatan dengan tarif yang dikenakan karena fasilitas yang mumpuni dan sudah bisa menggunakan kartu elektronik.
Yoyo pengguna MRT lainnya juga tidak keberatan dengan tarif MRT sebab fasilitas yang disediakan sangat baik. Dia juga mengatakan akan beralih dari ojek online menggunakan MRT.
Gratis lagi
Manajemen MRT Jakarta membebaskan tarif kepada pengguna sejak pukul 17.00 WIB hingga layanan terakhir pada Senin (1/4) malam karena masalah pembayaran tiket masuk yang bermasalah.
“Pengguna bebas masuk untuk ke semua stasiun dan kereta dari jam 17.10 WIB hingga layanan terakhir,” kata Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin di Jakarta.
Pihak MRT Jakarta akan melakukan evaluasi mengenai MRT berbayar perdana pada Senin malam agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada pengguna.
“Seharusnya besok sudah normal kembali, malam ini kita akan evaluasi secara keseluruhan,” kata Kamaluddin.
Menurut Kamaluddin, mesin tiket otomatis tidak dioperasikan di seluruh stasiun karena uang kembalian yang belum tercukupi di setiap stasiun MRT.
Sebelumnya, sejumlah pengguna mengeluhkan layanan pembayaran MRT perdana karena sulit melakukan tapping kartu uang elektronik dan kartu Jelajah Single Trip untuk tiket masuk.
“Saya harus menunggu teman saya, kartu uang elektroniknya tidak bisa digunakan padahal saldonya banyak,” kata salah satu pengguna MRT di Stasiun Lebak Bulus Lia.
Masalah pembayaran tersebut mengakibatkan beberapa orang terlambat menuju kantornya seperti Lia.
Selain masalah tapping kartu untuk pembayaran tiket masuk, masalah lainnya adalah penggunaan mesin tiket otomatis yang masih belum dioperasikan sehingga masyarakat harus mengantri untuk membeli tiket secara langsung.
Meski mengalami kendala, banyak masyarakat yang antusias untuk menggunakan layanan MRT karena lebih cepat dibandingkan moda transportasi lainnya.
“Lebih cepat soalnya, jadi mengantre untuk beli tiket tidak apa-apa,” kata pengguna MRT lainnya Priskilla.
Penumpang dapat menggunakan kartu single trip yang dapat dibeli secara tunai di loket stasiun. Selain itu, penumpang juga dapat menggunakan kartu uang elektronik seperti JakLingko, E-Money (Bank Mandiri), Brizzi (Bank BRI), Tap Cash (Bank BNI), Flazz (Bank BCA), dan JakartaOne (Bank DKI). (Ant).