Beberapa daerah di Jawa Tengah (Jateng) dilanda banjir menyusul tingginya curah hujan, penurunan muka tanah, dan alih fungsi lahan di dataran tinggi sejak akhir 2022 hingga pekan kedua Januari 2023. Namun, upaya yang dilakukan pemerintah pusat hanya menyasar di bagian hilir.
Hal tersebut tecermin dari berbagai program yang dicanangkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Kudus. Pati, dan Rembang. Misalnya, meningkatkan kapasitas Rumah Pompa Drainase Kencing yang masuk ke Sungai Wulan di Kecamatan Jati, Kudus.
"Kapasitas pompanya akan kita tingkatkan 10 kali lipat dari hanya 500 liter/detik menjadi 4.500 atau 5.000 liter/detik untuk menangani banjir kawasan seluas sekitar 9 km2. Pekerjaannya akan dimulai dan juga selesai tahun ini tanpa harus memperluas rumah pompa yang saat ini ada," tutur Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, Kamis (12/1).
Kemudian, menormalisasi Sungai Wulan sepanjang 47 km selama 2 tahun dengan biaya Rp1,4 triliun dari pinjaman The Asian Development Bank (ADB) melalui melalui Flood Management And Coastal Protection Project. Tahapannya baru masuk proses lelang.
Kementerian PUPR juga bakal menyelesaikan normalisasi Serang Wulan Drainase 1 (SWD 1) dan Sungai Serang Wulan Drainase 2 (SWD 2) atau sistem pengendali banjir di Desa Dorang, Kecamatan Nalumsari, Jepara. Pangkalnya, sudah mengalami pendangkalan.
"SWD 1 saat ini sudah ditangani sepanjang 10 km dari total 32 km. Untuk SWD 2, sudah ditangani 7 km dari total 23 km dan tahun ini akan diselesaikan," ucap Basuki, melansir situs web Kementerian PUPR.
"Di antara SWD 1 dan 2 juga akan dilengkapi dengan collector drain atau saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit dari saluran air yang lebih kecil serta mengaktifkan saluran kali mati yang menghubungkan SWD 1 dan 2. Selain itu, juga akan dibuatkan pintu air yang dilengkapi pompa," imbuhnya.
Selanjutnya, mengoptimalkan Pintu Air Wilalung, yang dibangun era kolonial Belanda. Pintu air ini mengatur pembagian aliran Sungai Serang ke arah Sungai Juwana di Pati dan Sungai Wulan.
"Dahulu, Juwana adalah daerah rawa buangan air (retarding basin). Maka, dari 11 pintu air, 2 mengarah ke Sungai Wulan dan sisanya ke Juwana. Sekarang, kami tutup yang ke Juwana karena sudah berkembang permukiman," ujarnya.
Selain itu, melanjutkan normalisasi Sungai Juwana dan tanggul sungai, yang baru rampung 10 km dan tersisa 6 km. Bendung Karet dengan volume 4,6 juta m3 juga menjadi sasaran.
"Muara Sungai Juwana juga akan kita buka dan kita tata ulang karena banyak perahu yang bersandar sehingga turut menghambat aliran Sungai Juana," kata Basuki.