Sedikitnya 184 pengungsi Rohingya, termasuk banyak wanita dan anak-anak, mendarat di Kuala Matang Peulawi, Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur. Menurut pejabat setempat, mereka diturunkan ke laut dengan perahu dan dipaksa berenang ke darat.
Ribuan Rohingya yang sebagian besar Muslim, dianiaya berat di Myanmar, mempertaruhkan nyawa mereka setiap tahun dalam perjalanan laut yang panjang dan mahal, seringkali dengan perahu berkualitas rendah, dalam upaya untuk mencapai Malaysia atau Indonesia.
Penduduk setempat di kota Peureulak di Aceh Timur memberi tahu polisi Senin pagi setelah menemukan kelompok yang menurut para pejabat termasuk 94 laki-laki, 70 perempuan dan 20 anak-anak.
Seorang pejabat dari dinas sosial Aceh Timur, Saharani, mengkonfirmasi jumlah kedatangan yang sama kepada AFP.
Seorang juru bicara badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) mengatakan pihaknya masih mengumpulkan informasi tentang para pendatang baru tersebut.
Menurut salah satu penumpang, mereka diturunkan di lepas pantai dan disuruh berenang ke darat oleh kapten kapal.
“Setelah itu, kapal yang kami tumpangi langsung berangkat,” kata pengungsi Rohingya Ali kepada kantor berita Antara. Para pengungsi berusaha mencapai Malaysia dari Myanmar, kata Ali.
Pejabat lokal sedang berbicara dengan UNHCR dan Organisasi Internasional untuk Migrasi tentang tempat penampungan bagi para pengungsi.
Lebih dari 2.000 Rohingya diyakini telah mencoba melakukan perjalanan berisiko ke negara-negara Asia Tenggara pada tahun 2022, menurut UNHCR. Badan itu memperkirakan hampir 200 orang Rohingya tewas atau hilang dalam upaya penyeberangan laut yang berbahaya tahun lalu. (straitstimes)