Mabes Polri menjelaskan, terduga teroris AK alias Ameng mengumpulkan uang untuk membiayai bahan peledak yang dimiliki Abu Hamzah dari gajinya sendiri. Seperti diketahui AK alias Ameng diketahui mengeluarkan uang senilai Rp15 juta untuk pembelian bahan peledak.
"Ameng mengumpulkannya dari usahanya sendiri. Dia pegawai swasta di Sibolga," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Humas Mabes Polri, Senin (18/3).
Seperti diketahui, Densus 88 berhasil menyita 300 kilogram bahan peledak untuk membuat bom dari penangkapan AH, AK dan ZP di Sibolga. Bahan peledak tersebut di antaranya potasium dan black powder.
Toko kimia seharusnya melaporkan pembelian bahan-bahan tersebut dalam jumlah yang banyak kepada kepolisian. Apalagi pihak kepolisian telah menyampaikan dalam surat edaran sebagai imbauan.
Regulasi mengenai pembelian bahan tersebut memang belum ada sampai saat ini. Kendati demikian polda telah secara rutin memberikan surat edaran kepada toko kimia agar mencurigai pembelian bahan kimia dalam jumlah besar.
Pada kejadian Sibolga, pelaku memang tidak membeli bahan peledak sekaligus dalam jumlah besar. Para pelaku membelinya dengan cara menyicil.
"Mereka beli tidak 300 kg. Jadi proses beli satu kilo, 10 kilo. Sangat tergantung keuangan dan tergantung kebutuhan merakit bom. Dia tidak langsung merakit dalam jumlah sekian bom tapi mereka mencoba juga," katanya.
Polisi masih selidiki keberadaan dua anak AH lainnya
Sementara Mabes Polri telah mengetahui keberadaan satu dari tiga anak Abu Hamzah yang merupakan teroris Sibolga. Satu anak tersebut dinyatakan telah meninggal sebelum penangkapan Abu Hamzah dan peristiwa bom bunuh diri isteri Abu Hamzah di rumahnya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Hubungan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan dua anak lainnya masih didalami keberadaannya.
"Satu dari tiga itu ternyata sudah meninggal dunia karena sakit. Yang dua harus didalami lagi," ujarnya di Divisi Humas Mabes Polri, Senin (18/3).
Meski telah mengetahui adanya anak yang telah meninggal, polisi masih belum dapat mengetahui siapa dua anak lainnya. Pendalaman pun dilakukan dengan meminta keterangan tetangga dan keluarga dekat istri.
"Kami masih identifikasi yang meninggal karena sakit itu siapa. Yang dua didalami apakah yang 16 tahun, 18 tahun atau 11 tahun," ucapnya.
Sementara itu satu anak yang ditemukan jasadnya bersama jenazah isteri Abu Hamzah telah berhasil diidentifikasi tim Disaster Victim Identification sebagai anaknya yang berumur 2,5 tahun. Namun dari potongan tubuh dalam bunuh diri itu belum ditemukan bagian tubuh anaknya yang lain.
Untuk perkembangan penanganan penangkapan itu, tim Densus 88 telah membawa tujuh terduga teroris, yaitu AH, AK, Y, ZP, R, A, dan SH ke Mabes Polri. Densus 88 saat ini tengah mendalami kaitan peristiwa di Sibolga, Klaten dan Lampung.