Jumlah pemudik dengan tujuan Sumatera mendominasi keberangkatan di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur pada H-6 lebaran atau hari ini (30/5).
Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) Terminal Kampung Rambutan, Thofik Winanto mengatakan jumlah pemudik tujuan Pulau Sumatera lebih dominan dibandingkan dengan pemudik tujuan Pulau Jawa.
Menurut Thofik, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi jumlah pemudik tujuan Pulau Sumatera.
"Salah satu penyebabnya kemarin kami berdialog dengan salah satu penumpang itu terkait masalah kenaikan tiket pesawat. Itu sangat berpengaruh," kata Thofik, di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Kamis (30/5).
Berdasarkan data Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan (UPTAJ) Terminal Kampung Rambutan, terjadi penurunan jumlah pemberangkatan pemudik pada H-7 lebaran atau Rabu (29/5) bila dibandingkan periode yang sama 2018.
"Jumlah penumpang pemberangkatan di H-7 kemarin tercatat 8.480 dengan keberangkatan 374 bus. Nah, terhitung dari jam 00.00 WIB sampai 08.00 WIB tadi itu sudah masuk sekitar 4.000 penumpang," Terang Thofik.
Jumlah tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan periode yang sama pada H-7 tahun lalu, yang jumlahnya mencapai 8.744 pemudik, dengan menggunakan 403 bus pemberangkatan antarkota.
Lebih lanjut, Thofik mengatakan Terminal Kampung Rambutan telah menyiapkan 1.017 armada bus untuk melayani para pemudik. Selain itu, pihaknya juga menyiapkan ratusan armada bus cadangan.
"Untuk bus cadangan kami sudah siapakan. Untuk antisipasi angkutan, kami sudah berkoordinasi dengan pihak operator. Jumlah yang disiapkan itu kurang lebih 200 kendaraan," ucapnya.
Harga tiket
Sementara, Taufik mengatakan penetapan harga tiket merupakan kewenangan masing-masing operator bus. Dia menyebut kenaikan tarif bus terjadi pada bus non-ekonomi. "Akan tetapi kami terus melakukan pengawasan terhadap harga tiket," ujar Thofik.
Di tempat yang sama, pemudik bernama Sari mengaku kebingungan karena harga tiket pergi ke kampung halamannya meningkat drastis. Menurut Sari, kenaikan tersebut tidak seperti biasanya.
"Saya mau pulang ke Cilacap, Jawa Tengah. Setiap tahun saya pulang tidak biasanya sampai Rp300.000, paling hanya Rp100.000-an,"kata Sari.
Sari berharap, pemerintah dapat melakukan pengawasan terhadap kenaikan tarif tiket bus lebaran. Selain itu, dia berharap para operator bus dapat menurunkan harga tiket. "Ya kalau bisa di pertimbangin lagi, mungkin bisa agak lebih di murahin lagi," ujar wanita berumur 24 tahun itu.